Barcelona makin aduh -Khrisna Pabichara
Penghancuran Barcelona di markasnya memang bukan sesuatu yang langsung memberi Juventus karpet merah dan mengangkat "Si Kuping Besar". Apalagi jika kita sandingkan dengan pembantaian nan heroik gaya Liverpool. Atau yang paling tragis dalam sejarah matinya tiqui taca adalah apa yang dilakukan Bayern Munchen.
Penghancuran tadi bagi barulah pembuka bagi perburuan yang masih panjang.
Sebab itu juga, peristiwa subuh tadi sekadar menentukan siapa sang juara grup tanpa embel-embel bombastis. Walau bagi CR7 yang bikin 2 gol dari penalti, tidak pernah mudah bermain di Camp Nou. Barcelona adalah salah satu tim terbaik yang pernah dia hadapi. Testimoni demikian selalu perlu walau orang sedunia juga sudah tahu.
Kekalahan tadi pagi itu jelas membuat Ronald Koeman duduk di kursi api. Barca belum lagi pulih sesudah disikat tim promosi, Cadiz. Seolah juga menegaskan tudingan jika Messi(ah) sudah mulai menua. Sedang menuju masa afkir.
Tapi saya kira, dari sudut pandang Juventini-perindu-trofi-Kuping Besar, kata-kata lanjutan dari ciutan CR7 di akun twitternya jauh lebih menarik. Today, we were a team of Champions! A True, strong, and united family! Playing like this, we have nothing to fear until the end of the seasons...Let's go!
Seingat saya, selama menjalani karir di Juventus edisi Champions League, CR7 belum pernah sebergairah itu.
Jadi, mari rayakan kemenangan telak subuh tadi itu dengan melihat kedalam saja. Optimisme yang diumbar CR7 di atas itu lebih baik dimutasikan menjadi pertanyaan begini:
Di tengah kegusaran akan inkonsistensi dan rotasi, apakah Pirlo's Philosophy sudah menemukan kombinasi terbaiknya? Apakah penghancuran Barcelona yang memang sedang merangkak di titik nadir itu refleksi dari momentum untuk melesat bagi sang Nyonya Tua?
Kita tahu, Juventus dalam kemenangan kali ini bukanlah hasil yang mudah. Sebelum mengatasi rival sekota dalam Derby della Mole, Nyonya Tua kesulitan memang melawan tim pejuang lolos dari degradasi seperti Crotone dan Benevento.