Kau ingin meledakkan semuanya? Kau lebih gila dari Bakunin! - Antonio Fontana kepada Fermin Perlassi
Di tengah perayaan Sumpah Pemuda, ketika heroisme anak-anak muda dihidupkan lagi, kita perlu melihat cerita dari mereka yang terlanjur dikategorikan sebagai pecundang.
Mereka sering terlihat sebagai orang-orang lugu, selalu taat aturan, serba nrimo, tak memiliki mimpi muluk-muluk apalagi ambisi sebagai penguasa. Namun selalu dimakan oleh kemalangan. Mereka, para pecundang ini, mungkin juga diri kita sendiri.
Kita bisa menikmati kisah para pecundang yang tidak diam menerima nasibnya di film yang didistribusikan Warner Bros dan sudah tayang di Argentina pada 15 Agustus 2019. Film ini memang mengambil latar krisis di negeri dimana Maradona dan Messi dititipkan.
Berikut plot dan dinamika konfliknya.
Tahun 2001, di musim yang hangat. Di sebuah kota kecil bernama Villa Alsina.
Fermin Perlassi bersama istrinya Lidia dan Antonio Fontana menatap rongsokan "La Metodica" yang telah bangkrut 10 tahun. "La Metodica" adalah nama koperasi pertanian. Mereka ingin menghidupkan lagi itu. Menggelorakan kembali hidup di kota kecil dengan gotong royong dan sama rasa. Dari optimisme yang sedikit romantik ini, mereka memulai dengan mengumpulkan modal awal. Modal patungan.
Fermin, yang juga mantan pesepak bola bergerak sebagai koordinator rencana ekonomi kerakyatan ini. Fermin memiliki masa lalu pesepak bola yang sukses. Warga bahkan membuatkan patung demi mengabadikan kegemilangannya. Sayang, patung itu seperti museum yang tidak terawat. Hanya untuk menunda lupa belaka.
Sementara Lidia adalah seorang istri yang bersemangat dan sederhana. Bersama Fermin, mereka telah memiliki seorang anak lelaki yang tengah menempuh studi di La Plata.
Mereka juga memiliki toko kecil dan stasiun pengisian bahan bakar. Sebenarnya, kalau sekadar untuk hidup sebagai keluarga batih di Villa Alsina, mereka akan baik-baik saja. Tapi Lidia tidak seegois itu.
Adapun Antonio Fontana yang lebih sepuh dari pasangan suami istri itu, lebih tampak sebagai juru bicara ideologi. Sebagai penganut sisa-sisa anarkisme Amerika Latin, Antonio berkehendak mewujudkan komunitas kecil yang mampu survive di hadapan negeri atau institusi yang mengada dari mengatur individu.
Maka, dengan gagasan yang tak lekang dimakan usia, mereka menjaring pengikut yang berlatar belakang macam-macam. Mereka membutuhkan sekitar 300.000 peso untuk investasinya. Ada dua bersaudara Gomes, pekerja rendahan, dengan tindakan yang sering dicap tolol.