Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Puisi | Percakapan demi Kematian

Diperbarui: 2 Februari 2020   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: deviantart.com/anniethesickos

di antara detak jarum jam, bau hujan gerimis
dan malam basah yang memenuhi kekosongan.

aku berbicara dengan kematian. lama kunanti tiba.
dia datang membawa bau tanah. 

wajahnya kulihat sumringah.

"telah sampai juga waktumu."
iya. telah sampai.

"aku ingat, kau lahir di kampung tanpa cahaya. orang-orang suka bercerita,
bertatap wajah dan membenci pura-pura. mereka sederhana. berusaha selalu tertawa."

iya, aku adalah orang-orang kampung tanpa khawatir hari tua.

"Lima. kau ingat?"
pertanyaan tolol. aku tidak pernah melupakannya.

"sayang, dia mati lebih muda."
aku masih ingat bagaimana dia mati. dia bahagia, kok.

"hari ini, kau akan mati juga."
aku telah menanti mati sejak hari itu. kusangka kau sudah tahu.

"tapi sebaiknya, kau jangan mati dulu."
lho, apa bedanya? mati nanti atau hari ini, aku sudah tiada sejak Lima tak ada.

hidup kami menopang, saat sengsara dan bersukacita.
bagaimana bisa kau menyederhanakannya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline