mengapa kota diangan-angankan?
lalu kita mesti di sana, kata-kata memaksa segala
tampak indah, bahagia namun tidak pernah sederhana
kota mencipta museum dan upacara,
kita belajar percaya, masa lalu tidak pergi kemana-mana
sedang kata-kata hidup bagai kitab sejarah
tapi kepala lekas lupa: kemarin berburu apa?
kota memelihara taman dan rumah kesenangan
kita ingin percaya, alam tidak pernah dalam kesengsaraan
sementara kata-kata berkhotbah keselarasan
tapi bertahan adalah pasang surut keserakahan
kota mengawinkan kedai kopi dan labirin belanja,
kita harus percaya, semua kerja pasti setara
sedang kata-kata bermimpi hidup kaya lagi bahagia
tapi demi makan saling memangsa
kota melestarikan rumah-rumah doa dan pejabat agama,
kita wajib percaya, bahwa permohonan mulia
adalah kata-kata kepada tabah dan semua kelak baik-baik saja
tapi gemar membunuh cinta di Senin pertama
kota melahirkan pemilu, penguasa dan omong besar
kita tidak bisa bicara, kata-kata tinggal milik
para pemenang.
kita ingin pergi, tapi bagaimana?
kota adalah belantara trauma, lupa dan
orang-orang berburu ingin angan. Terkutuk bersama-sama selamanya.
tidak ada sungguh-sungguh
sanggup hidup tanpanya.
Petai, 2020-Januari