Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Puisi | Kota, Kita dan Kata-kata

Diperbarui: 5 Januari 2020   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Dok. Pribadi

mengapa kota diangan-angankan?

lalu kita mesti  di sana, kata-kata memaksa segala
tampak indah, bahagia namun tidak pernah sederhana

kota mencipta museum dan upacara,
kita belajar percaya, masa lalu tidak pergi kemana-mana
sedang kata-kata hidup bagai kitab sejarah
tapi kepala lekas lupa: kemarin berburu apa?

kota memelihara taman dan rumah kesenangan
kita ingin percaya, alam tidak pernah dalam kesengsaraan
sementara kata-kata berkhotbah keselarasan
tapi bertahan adalah pasang surut keserakahan

kota mengawinkan kedai kopi dan labirin belanja,
kita harus percaya, semua kerja pasti setara
sedang kata-kata bermimpi hidup kaya lagi bahagia
tapi demi makan saling memangsa

kota melestarikan rumah-rumah doa dan pejabat agama,
kita wajib percaya, bahwa permohonan mulia
adalah kata-kata kepada tabah dan semua kelak baik-baik saja
tapi gemar membunuh cinta di Senin pertama

kota melahirkan pemilu, penguasa dan omong besar
kita tidak bisa bicara, kata-kata tinggal milik
para pemenang.

kita ingin pergi, tapi bagaimana?

kota adalah belantara trauma, lupa dan
orang-orang berburu ingin angan. Terkutuk bersama-sama selamanya.

tidak ada sungguh-sungguh
sanggup hidup tanpanya.

Petai, 2020-Januari

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline