sajak ini telah terkubur demikian lama,
sampai aku percaya. bahwa aku sudah mati
tanpa sempat mengerti.
tapi ada yang bertahan di musim-musim berwarna biru:
nasib tetaplah nasib, terluka atau patah hanya jalan sahaya.
kemudian kesaksian, dan kau masih saja tak tersentuh di sana
aku berbicara kepada kegetiran-kegetiran itu
kau, ya! KEHENINGAN.
menyukai hujan-apalagi dari balik kereta,
saat basah muncul di jendela. mengaburkan wajah.
tidak selalu ringkas dimengerti.
seperti padi di ujung cakrawala, disembunyikan kemerosotan
tumbuh sebagai sepi, kering dan enggan dikenali.
kau mengutuki hati yang pergi
di antara gigil besi dan nyanyi perih petani.
tidak banyak kita bahagi,
sendiri-sendiri. mati. tidak saling bersedih.
lalu sederet kemalangan diresmikan,
di bawah sawah, di atas kematian-kematian
tanpa pernah kita hindari.
apakah yang diresmikan
dari kesedihan?
- kepada segala nasib buruk!