"Kau adalah kesalahan yang harus aku hapus!" - Nyi Misni
Saya baru saja berusaha menemukan kengerian di dalam diri sendiri. Caranya sederhana. Saya pergi menikmati Perempuan Tanah Jahanam yang dijanjikan sutradaranya akan menampilkan "style dan feel" yang beda.
Apakah saya berhasil menghadapi momen ini?
Ada warganet yang bilang film terbaru Joko Anwar ini sukses mengelola ketegangan dengan intens. Kamu akan dibekap horornya sepanjang film.
Suara warganet itu tidak salah. Tapi bukan cuma itu. Kali ini tetap ada komedi. Horor dan tragedi. Deskripsinya begini.
Ada orang-orang kecil yang berusaha mengubah nasib dengan berharap masa lalu adalah rahasia yang menimbun harta karun warisan. Seperti Dini dan Rahayu, pada mulanya. Mereka lelah menanggung hidup sebagai penjaga loket karcis dan pedagang pakaian di pasar tradisional.
Ternyata masa lalu yang disangka sumber kekayaan dan sarana pengubah nasib itu hanyalah kutukan yang belum disentuh.
Kutukan yang selama dua dasawarsa menyandera satu desa dengan kelahiran ganjil anak-anak mereka. Anak-anak yang terlahir dengan tubuh tanpa kulit. Cinta yang mengasuh mereka selama 9 bulan di rahim ibu, seketika berubah menjadi duka lara panjang.
Makanya, di pekuburan yang dulu merupakan milik keluarga Rahayu, ada banyak sekali nisan dengan tanggal lahir dan wafat yang sama. Ada apa? Mengapa bayi sebagai tumbalnya?
Desa kecil itu, dengan rumah kayu, lantai tanah serta temaram cahaya dari pelita minyak dan kesenian wayang, adalah museum dari rahasia Rahayu.