wajahmu selalu tumbuh di beranda,
di antara hilir mudik kebodohan pemuja
dan narsisus yang mempertemukan kita
di setiap pagi meraba
wajahmu kadang tersenyum dan lonjong
seperti telur baru tiba ke dunia
tapi tidak ingin menetas. ingin selamanya dalam cangkang saja
"Biar perawan dari busuk dunia," katamu.
wajahmu kadang merengut dan berkelok-kelok
seperti buah dalam keranjang bambu tua
tapi tidak mampu kemana-mana. hanya berserah dan pura-pura bahagia
"Hidup sekali, kembali jujur sulit sekali," keluhmu pernah.
aku tidak ingin bicara, tidak ingin menjadi apa-apa
entah cangkang, entah keranjang bocor
biar kau aman bahkan mungkin membebaskan diri
gembira dan sedih, angan-angan adalah bahayanya!
jadi pagi ini kupandang beranda itu,
lebih teliti dan hati-hati
kau tak pernah ada di sana, hanya jejak berlapis-lapis bayangan
meniru-niru langkah atau mengejar-mengejar tubuh palsu
segalanya mendadak "null"
dan aku bahagia karenanya.
Haha! Mengapa?
[Petai, pada perayaan tanggal]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H