Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

"John Wick-Parabellum" dalam Lima Catatan

Diperbarui: 28 Juli 2019   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film John Wick: Chapter 3 - Parabellum (2019)| (Foto: Courtesy)

Orang merdeka tanpa cinta adalah sebuah petaka.

John Wick-Parabellum yang menyingkirkan heboh dari pencapaian Avengers: Endgame adalah sejenis sukses besar. 

Bukan karena unggul di bioskop Amerika dimana dalam minggu pertama debutnya sudah meraup 57 juta dolar AS. Sedang Avengers: Endgame hanya bisa mendapat 29,4 juta dolar AS dalam 4 minggu pertama rilis. Demikian Tirto memberitakannya.

Bukan juga karena manakala kita menengok laman Rotten Tomatoes, film yang disutradarai seorang yang berkarir dari jalur stuntman ini bertengger di posisi pertama untuk kategori TOP BOX OFFICE. Mendapatkan 89% rating dengan pendapatan 56,9 milyar dolar AS. Sedang Avengers: Endgame yang menawarkan cara klise ketika menyudahi riwayatnya sendiri itu berada di posisi kedua dengan angka 30,1 milyar dolar AS walau unggul dalam rating yang 95%. 

Namun, yang bikin sukses besar itu adalah karena John Wick-Parabellum adalah yang terbaik dari akting Keanu Reeves dalam film pukul-pukulan. Ini tentu saja jika dibandingkan dengan sejarah film Keanu sendiri, khususnya sejak kemunculan Speed (1994), Trilogi The Matrix (1999, 2003), Man of Tai Chi (2013) dan Ronin (2013). 

Maksud saya, sejak Speed yang membuat potongan rambut "cepak 1 cm" pernah menjadi referensi utama zaman SMA, aktor yang lahir di Libanon ini seperti berakting dengan efek yang datar-datar saja. Tak jarang, memainkan karakter yang membosankan atau sekadar jual tampang yang memelihara ingatan pada hal-hal yang artifisial (tapi ini mungkin lebih baik dari pada skandal, hehehe). 

Seperti yang dia tampilkan dalam film Siberia, yang bercerita tentang seorang lelaki yang berusaha meloloskan diri dari kejahatan mafia Rusia dan di saat bersamaan menjalani petualangan asmara yang kesemuannya berakhir dengan tragika. Sayang sekali, ide cerita itu tidak bekerja maksimal. Sebaliknya, ia malah menunjukan ketergantungan yang terlalu kepada sosok Keanu Reeves. 

Saya telah menuliskannya di Cerita "Siberia" dan Tragika yang Gagal.

Sebisa yang saya rekam, Keanu terasa identik dengan film drama romantis. Berbeda dengan Brad Pitt yang relatif seangkatan, misalnya. 

Brad Pitt terlahir secara sinematik dalam beragam karakter, dari drama romantis (Allied), pembunuh bayaran papan atas (Mr & Mrs. Smith), tokoh yang dilahirkan dari mitologi (sebagai Achilles di Troy) hingga sosok komandan militer yang tragik (Fury) atau ironik (War Machine).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline