Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Subyek, Politik dan Pelahiran Sinisme

Diperbarui: 4 September 2018   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: lovezin.fr

Sebab sinisme tidak saja lahir lantas berkembangbiak dari gairah menguliti daftar kekurangan atau cacat pada orang lain--tentu dengan bumbu pergunjingan yang sifatnya offline atau online--namun juga saat bersamaan terus menyatakan itu sebagai ihwal yang tak boleh ada.

Walau begitu, hal paling mengerikan dari sinisme adalah gairah dekaden ini hidup dari memakan fungsi nalarnya sendiri. Dari ketakutan menyangsikan klaim kebenaran sendiri!

Kita telah keliru meletakkan nyinyir dalam menunjuk sesuatu yang berhubungan dengan kesinisan, Sodaraku. 

Per pengertian, nyinyir adalah perintah atau permintaan berulang-ulang yang membosankan, bikin bete gitu. Nyinyir memiliki saudara kata bernama nyenyeh.

Sedangkan kesinisan berkaitan dengan kondisi sinis. Ada dua makna yang dikandung dari sinis, pertama, bersifat mengejek atau memandang rendah dan kedua, tidak melihat suatu kebaikan apa pun dan meragukan sifat baik yang ada pada sesuatu. Demikian Kamus Besar Bahasa Indonesia daring memberitahu.

Artinya, sinisme hanya mungkin muncul pada orang dengan cara melihat atau cara memuja yang mengalami pembengkakan gak karuan (mungkin juga telah busuk dan bernanah di dalamnya).

Atau, dalam bahasa yang agak teknis, mengalami ekslusivisme alias menderita ilusi di dalam kepalanya, hanya dan hanya, dirinyalah yang benar sebenar-benarnya. Tidak mungkin ada kebenaran lain di luar dirinya--atau segerombolan dengannya--dan karena itu juga merasa sedang dalam misi penyelamatan. Sekurang-kurangnya, sedang mewakili kehadiran yang benar.

Dus, yang kemudian bisa kita saksikan adalah setiap hari yang hidup dalam kepala yang sinis adalah kemampuan yang makin terlatih dalam mencatat kekurangan/cacat atau yang disangkakan begitu dari kehadiran orang lain atau yang bukan kelompoknya. Bahkan dunia di luar sana, di luar dari yang diyakininya, hanyalah dunia yang sesat, merosot dan berbahaya. Dunia yang butuh penyelamat. 

Jika sinisme merujuk pada kondisi di atas, percakapan bermutu alias "komunikasi bebas-paksaan" seperti apa yang Anda harapkan dapat terbangun di depan sinisme? 

Minim, kalau bukan tidak ada alias hanyalah kesia-siaan. 

Karena itu juga, berdebat dengan sinisme dalam konteks apapun, sejatinya hanyalah berbicara pada udara kosong. Sedikit yang bisa dilakukan, salah satunya dan barangkali, adalah mengenali kondisi yang membuat sinisme mudah beranakpinak. Usaha mengenali yang tentu saja bersifat suka-suka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline