Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

"Ant-Man and the Wasp" dan Pembekuan Ide Mesianisme

Diperbarui: 7 Juli 2018   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ant-Man adn the Wasp | Marvel.com

Yes! I'm gonna call you ANT-onio Banderas!

-Ant-Man

Dari berjilid cerita tentang pahlawan-pahlawan super produksi Marvel, dimulai dari Kapten Amerika, Iron Man, Spider-Man, satuan elit Avengers, Black Panther hingga perang kolosal berjudul "Infinity War", ada satu benang merah yang bikin kita seharusnya merasakan lelah.

Karena itu, saya ingin menunjukan adanya pergeseran dari kelelahan di atas. Anda boleh menyebutnya sebagai “romantisasi domestik”. Olehnya, saya akan mengambil perbandingan secara kasar cerita dua pahlawan super yang kebetulan bersamaan memasuki sekuel kedua.

Keduanya: Deadpool dan Ant-Man.

Dalam kebutuhan ini, kita bisa mulai dengan membandingkan dua fundamen. Dua fundamen —bisa disebut sebagai “alasan dari keberadaan”. Pertama adalah bagaimana seorang pahlawan dilahirkan sedang kedua, bagaimana ia menerjemahkan tanggung jawabnya terhadap dunia sekitarnya.

Raison d’etre
Wade Wilson memiliki masa lalu sebagai satuan elit dalam pasukan pembunuh. Memiliki pengalaman dalam beberapa perang. Walau tidak terlalu jelas keluarga seperti apa yang melahirkannya (beda dengan Iron Man, misalnya) sangat terlihat jika dirinya tidak terlalu ambil pusing dengan tata krama dan tetek bengek moral lainnya.

Hal mana dipelihara oleh lingkungan pergaulan identik dengan kekerasan dan perburuan kesenangan; berisikan orang-orang sumbu pendek, mesum dan lagi konyol. Walau begitu, walau hidup dalam dunia malam yang “anarkis”, Wade Silson sejatinya menyimpan suasana hati yang hampa.

Sedangkan Scott Lang adalah seorang ayah dengan anak perempuan yang sangat dicintai. Anak perempuan dari pernikahan yang broken home. Dalam dirinya hidup juga kriminal yang gagal dan master teknik yang nirfaedah.

Sesudah tiga tahun dalam penjara, ia kesulitan kembali ke masyarakat yang normal. Sementara saat yang sama, ia ingin menjadi ayah yang bisa membahagiakan putri kecilnya. Pada titik sedemikian, ihwal hampa pada psikis Scott adalah ketidakmampuannya merealisasikan cinta dalam tanggung jawab yang penuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline