Mengapa bisa, kehendak emansipasi dari cinta malah berakhir hambar?
Sesudah fase kelahiran diri yang digerakan oleh pembuktian cinta kepada kekasihnya (Deadpool 1), lelaki penuh cinta berwajah ubur-ubur kini melakoni peran pembunuh bayaran (Contract Killer).
Bersama kehidupan dalam rumah yang berbahagia dengan kekasih semlohai, ia menghabisi mereka yang bertahta di balik kuasa hitam sebuah kota, entah mafia Russia atau Yakuza, Jepang. Maksudnya, tubuh sakti mandraguna hasil malpraktik ini hidup dalam pemenuhan gairah akan darah dan ranjang yang rutin. Mulai menjalani hidup yang normal, tanpa visi muluk-muluk menyelamatkan dunia.
Lalu apa artinya jagoan yang mulai berada dalam zona nyaman? Apalagi sampai mengidealkan memiliki keluarga batih yang harmonis: menjadi bapak-bu yang bolak-balik ngantar anak-anak ke sekolahan, menemani bikin PR, atau, mengajak makan es krim dan camping saban akhir pekan? Tidak boleh, haram.
Ingatlah jika kebanyakan superhero memiliki kehidupan ganda, karena itu bukan saja terlarang bernyaman-nyaman dengan stabilitas perasaan. Mereka pun harus selalu berada dalam ketegangan dan sikap siaga satu di depan kejahatan dan krisis sosial. Selalu berada dalam situasi dimana pertimbangan pribadi harus tunduk pada keselamatan orang banyak.
Persis dalam konstruk psiko-ideologis yang seperti inilah, Deadpool yang sejatinya "anti-superhero" dibuat mengada dalam seri kedua. Sesuatu yang sejujurnya, fatal!
Deadpool 2 dimulai dengan matinya sang kekasih. Serbuan peluru nyasar mafia di apartemen mereka yang sesak seolah mengingatkan jika kekerasan terhadap kejahatan akan melahirkan lingkaran setan. Celakanya, kematian ini terjadi di hari ketika mereka merencanakan keluarga bahagia.
Deadpool kembali bergumul dengan kehampaan. Kehilangan alasan untuk mengada. Seolah saja takdir si John Wick sedang berulang pada dirinya. Bedanya John Wick tidak ingin bunuh diri walau hidup baginya sudah tak banyak bermakna. Sementara lelaki eks-satuan elit tempur ini malah kebingungan bagaimana caranya mati.
Ia sudah bertindak teroristik kepada tubuhnya sendiri. Dengan meledakkan diri dan terhempas ke dalam potongan-potongan daging. Tapi apa daya, tubuhnya tak bisa mati. Eksperimen medis membuat kanker dalam tubuhnya bermutasi layaknya ilmu Rawarontek.
Bagaimana kesaktian Rawarontek bisa diakhiri? Deadpool rasanya harus berguru kepada Thanos, tentu sesudah pemilik jurus Batu Akik Bersatu ini balik dari semedinya di alam persawahan seusai "Infinity War". Kalau pun enggak, mungkin Wiro Sableng bisa membantu.