Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

"The Shape of Water", Usaha del Toro Menyuarakan Sang Liyan

Diperbarui: 13 Agustus 2019   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: JoBlo.com

The Shape of Water (selanjutnya akan saya singkat saja dengan TSW) adalah bintang pada perhelatan Academy Award ke-90 kali ini dengan 13 kategori di mana empat dimenangkan.

Keempat itu adalah untuk kategori Best Picture, Best Director, Best Original Music Score dan Best Production Design. TSW menyingkirkan Dunkirk-nya Nolan yang berbiaya $100 million. TSW diproduksi hanya dengan ongkos $19.5 million. 

Mengapa TSW boleh menang? Mengapa Dunkirk yang dipuji habis begitu dirilis ternyata hanya memenangkan kategori Penyuntingan Terbaik dan Penyuntingan Suara Terbaik? 

Salah satunya, barangkali karena "miskin gagasan". 

Melihat Dunkirk di layar bioskop memang menyelamkan diri ke dalam nuansa yang mencekam. Penampakan langit yang diselingi deru mesin pesawat dan desing peluru, laut yang bergelora dan pesisir yang dipenuhi ketakutan para tentara membuat kita menyadari jika ambisi dan pertikaian politik manusia adalah mesin penghancur paling bengis. 

Bersamaan dengan itu, ada patriotisme membara namun senyap dalam sanubari jelata, para nelayan kecil, yang pergi melakukan evakuasi. Para jelata yang membuat "Operasi Dinamo" sukses melahirkan "Miracle of Dunkirk".

Tapi itu tidak membuat saya melihat Nolan terlahir baru lewat film bernarasi sejarah perang. 

Saya terbiasa dengan kesukaan Nolan mengelaborasi konsep-konsep psikologi dan filsafat lewat medium film. Dunkirk belakangan malah tampak sebagai romantisasi patriotisme jelata rakyat Britania Raya. Mungkin sebab ini juga, pendekatan "makroskopik" Nolan malah membuat kesan hambar di ruang subyektif saya, sebagaimana sudah tertulis di Film Dunkirk, "Makrokopisme" dan Nolan yang Hambar.

Melalui Darkest Hour-lah, kita bisa melihat persilangan patriotisme jelata dengan pilihan Churchill untuk tetap menolak tawaran berunding dengan Nazisme-Hitler. Ada adegan di mana Churchill memilih pergi bercakap-cakap dengan warga biasa di kereta pada saat tekanan untuk berunding dan makin menipisnya dukungan dari dalam Kabinet Perang. "Kau tidak bisa berunding dengan kepala di dalam mulut singa." Demikian Churchill berfatwa. 

Sementara TSW, sekilas seolah bertutur tentang romantisme cinta yang ganjil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline