Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

The Jamban

Diperbarui: 2 November 2017   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia merelakan tubuhnya
menjadi rumah rahasia
pantat tepos bergambar harimau ceking
atau selangkangan dengan peringatan,
"Anda sedang memasuki wilayah
bertegangan tinggi!"

Ia menyediakan dudukannya
serupa singgasana para raja
bagi perut tipis gelandangan
disiksa mencret atau
bengkak lambung lintah darat
bergundik tujuh mabuk
viagra.

Ia sudah merampungkan nasibnya
selayak prasasti untuk sejarah.
Ketika kota telah beranak
kloset porselin, wastafel berlapis emas
kamar mandi dari shower bersepuh permata
dan orang orang terpelajar giat bercinta
di bak mandinya,

jamban tetap bertahan
di pinggiran pemukiman
dari sungai sungai kehitaman
yang menampung keringat
melarat Surti, Marto, Paijo dan Wijah
mengairi persetubuhan-persetubuhan
malam saat gagal mengasingkan
ratap harian.

Jamban tetap berkibar kibar gagah
andai kota telah menggurita
hingga ke ujung cakrawala
menampung segala resah
dan rasa syukur jelata kepada ritual
Plung..Plung..Plung..haaah.

Menghantarnya ke muara
menjadikan asin, menguapkan
ke angkasa, menyatukan ke dalam
gerombolan mendung.

Lalu kembali dalam gerimis
merupa kolam di tanah bekas penggusuran
ketika tangis bocah-bocah bulat semangka
meneteki kering nasibnya.

Jamban akan terus
berjuang menyediakan
sejenak kesempatan
untuk telanjang dengan
merdeka!

Jamban adalah kekasih
jelata bersama hidup melawan melankoli.


2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline