Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Menulis Sesudah Kamu

Diperbarui: 31 Mei 2017   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: The Odyssey Online

Betapa sengsaranya menulis sesudah kamu. Padahal--semestinya--ini hanya sebaris puisi, seperti kemarin. Seperti saat kau memuja bermanja di bahu
sedang di layar bioskop yang sesak dengan gemas, Cinta sedang gamang memilih masa lalu. Atau menjumpai masa depan tanpa Rangga.
Tapi itu kemarin. Ketika aku masih sebagai penenang hari-harimu yang semulia Ratu.

Betapa seharusnya menulis sesudah kamu. Sebab ini--selayaknya--tentang sebaris kalimat yang belum pernah ada. Kalimat dengan kehendak bebas,
 mencari pengertian penyabar rasa sakit, pewaras duka lara di musim tak ada lagi bioskop dan bahu yang menenangkan. Sedang Cinta dan Rangga tampak sebagai pura-pura yang buruk. Dan itu sekarang. Ketika aku hanya berjuang memenangkan asa dari jalan buntu.

Mungkinkah di kenanganmu, kita hanya selingan drama masyarakat yang tergesa-gesa? 

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline