Tak kukira kau sebegitu tabah.
“Mencintai terkutuk politik sepertiku lebih berbahaya dari menjadi pengikut ajaran sesat, kau tahu?”
Tanya ini yang mula-mula kau ajukan. Tapi kutelah merelakannya.
“Jatuh cinta itu takdir, kita tak pernah bisa lari darinya,” pesanku tegar.
Kau adalah cahaya dalam gelap resah petani.
Pribadi penuh kasih yang menjadi sandaran harap mereka. Petani, entah mengapa, selalu saja tergambar sebagai barisan orang-orang kusam yang menikmati hidupnya dengan keluguan dan sikap mudah percaya. Namun ketika terluka dan marah, bahkan seribu pasukan khusus dari perang Napoleon tak bisa menunda ledaknya.
Tapi kau, sebentar saja bisa menenangkan.
***
“Olga, kau dipanggil. Segera ke ruang Direktur. Ada operasi.”
Langkahku bergegas ke ruang kedap suara, menelusuri koridor-koridor hening yang bahkan lalat terbang bisa segera terdeteksi, sebelum tiba padanya. Ruang yang menurut cerita orang-orang di luar sana, mereka yang berpikir bisa menikmati hidup senang-senang dengan menjadi sumber informasi A1, tersimpan uang yang tak memiliki nomornya. Uang yang tiada habis-habisnya untuk membeli apa saja.
“Siap Pak,” kataku.