Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Pembunuhan Politik

Diperbarui: 29 September 2016   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.sparkyhub.com

Dengan masih menenteng malas, ia melangkahkan kaki ke warung internet yang terletak di persimpangan lampu merah, yang di depannya  berdiri mini market impor.

“Tolong Mas, bir hitam dan Marlboro. Yang putih,” pintanya.

Ia mahasiswi tingkat menengah. Wajah pucat berambut lusuh, tanda dari tidur yang enggan dan papar asap rokok yang tegar. Juga malam-malam resah, tentu saja. Bersama hati yang terus patah.

“Gak salah Mba?” tanya lelaki berseragam di balik meja kasir.

“Kenapa? Apa salahnya menegak bir pagi hari? Kau tahu, bir lebih mampu menguapkan kembung khayalan malam!”

Ia kemudian menyebrang, masuk ke warung internet. Duduk pada bilik di pojok, tersembunyi.

Sebuah layar monitor menyala. Seolah telah menunggunya tiba. Di layar itu, sebuah akun facebook juga terbiar menganga, menggoda jemari menulisi dindingnya. Ada banyak foto, kegiatan meriah dengan senyum gila kuasa.

Di tariknya papan keyboard, jemarinya menari lekas-lekas:

Negara terus hidup dengan ambisi. Politisi hanyalah maling-maling terpilih. Dan mahasiswi, usia muda yang dicecoki mimpi sepatu hak tinggi, tas dari Paris, parfum dari Italia. Taaaeek!

Kirim. Sebaris cacimaki telah menandai kolom apa yang Anda pikirkan.

Diteguknya bir hingga amblas, dikepulnya asap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline