[caption caption="old tweety | sametomorrow.com"][/caption]
seekor burung
dalam sangkar madu digantung
terayun-ayun bersama ubannya
yang tumbuh lebih lekas dari mesin hitung
pada sebuah senja nan tanggung
si burung mengayun-ayun tubuh tuanya yang linglung
mengenang hidup muda dikurung-kurung
disuruh setiap hari bersenandung
menenangkan hati tuan kaya tapi bingung
setiap malam menanjak lengang
si burung mencabut pita suara, melepas paruhnya yang lelah
menjumpai tidurnya,
dengan berdoa yang setia meminta
Tuhanku yang Maha Merdu
tolong cabut ubanku, agar paruhku lupa berapa lama dikurung
Lalu datang dua kucing kerempeng
mengendap endap di depan jendela yang terang
“Kita sikat itu burung,”
kata salah satunya
“Untuk apa?”
“Supaya bisa rasakan pahitnya daging
dari hidup yang dikurung.”
dalam lelap tidurnya
si burung bermimpi tak biasa:
dua kucing kerempeng yang penuh uban
bersenandung dalam sangkar yang digantung,
sedang di depan terang jendela,
si tuan kaya sedang mengendap-endap
ia mencari hatinya yang bingung
[2016]
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H