Manusia yang sedang kasmaran tidak memiliki kemampuan mengungkap rasa kasmaran yang sama kalau bukan bertolak belakang. Misalnya, pada manusia yang ekspresif, jatuh cinta bisa berwujud semisal nyanyi lagu bahagia sepanjang hari atau menulis puisi setiap detik. Sebaliknya, pada yang non-ekspresif, bahasa tubuh lebih sering menjadi cara mengungkap. Misalnya dengan diam, tatapan yang menikam tajam, dan jemari yang.....udah ah.
Masalahnya bagaimana dengan yang terbiasa diam lalu dipaksa oleh permintaan ekspresif agar menjadi romantis? Pernah lihat kasusnya? Kalau belum pun kalau sudah, mari simak sedikit cerita pengantar bobok berikut ini.
Dikisahkan dari sebuah riwayat kekinian terdapatlah jiwa yang non-ekspresif itu. Yang terbiasa menyembunyikan suasana hati dalam bahasa tubuh yang sulit dimengerti. Kalau ditimbang-tambing-tambung-tumbang, sejujurnya sih keberadaan jiwa seperti ini terasa asing di era yang mana kentut aja bisa jadi status facebook atau twitter. Jatuh di got boleh juga jadi status, dll...dkknya...
Jiwa non-ekspresif ini oleh kekasihnya yang baru saja meng-iya-kan persambungan hati diminta bernyanyi. Bukan menyanyi yang sembarang. Menyanyi yang dilakukan di depan keluarga si kekasih. Tambah lagi keluarga kekasih adalah dari kultur yang romantis dan senang sekali berkumpul sekedar untuk bernyanyi. Mampus.
Maka seminggu sebelum itu, ia berlatih mati-matian. Saking mati-matian, ketika berada di atas kloset, menyanyi. Ketika sedang mencuci daleman, menyanyi. Tidak kebagian tempat duduk di bis kota berdiri sambil menyanyi. Hingga sedang tertidur pun menyanyi. Luar biasaah. Adapun lagu yan dinyanyikannya tentu saja lagi kekini-kinian, yang sedang memenuhi ruang dengar radio.
Datanglah masanya untuk pentas di depan keluarga kekasih, uhuui..suuuiit..suit.
Lagu yang dipilihnya benar-benar kekini-kinian. Judulnya Kesempurnaan Cinta, dengan karakter vokal yang meniru sepersis mungkin desah-desah lebay mirip penyanyi aslinya. Tahu penyanyi aslinya? Kalau belum tahu, jangan bertanya kepada Om Rinto Harahap atau Om Pance Pondaag, karena mereka berdua sudah almarhum.
Bait pertama lagu abegong ini dinyanyikan dengan lembut dan harum di telinga pendengar. Seharumlembut buah cempedak.
Kau dan Aku tercipta oleh waktu
Hanya untuk saling mencintai
Mungkin Kita ditakdirkan bersama rajut kasih jalin cinta
Si kekasih dan keluarganya pun larut dalam alunan nada yang didesah-desah paksa itu. Tiada menyangka, pendiam itu ternyata...
Lanjut pada bait kedua. Liriknya yang benar seperti ini: