Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Pesan Alam Kala Melukis Dirinya

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14283067621555275104

Kemarin siang, dalam perjalanan antar desa, saya menjumpai rombongan awan yang menggumpal secara unik. Seperti ini bentuknya :

[caption id="attachment_408080" align="aligncenter" width="623" caption="alam melukis diri_1/ Foto : dok.pri"][/caption]

Saya mengabadikan awan ini dari dalam taxi perahu, orang di sini menyebutnya kelotok.

Perkampungan yang di depan sana adalah desa Kampung Melayu. Jika kita datang dari Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, desa Kampung Melayu dapat diakses melalui terusan Hantipan. Satu terusan yang menghubungkan DAS Mentaya dan DAS Katingan dimana rata-rata memiliki waktu tempuh satu jam pada musim bukan kemarau.

Awan itu sendiri menggumpal di atas desa Kampung Melayu. Ketika mem-posting disini, saya hanya memberi sedikit efek "dramatis" dengan mengklik auto-correct pada fasilitas editing foto Microsoft. Setelah saya perhatikan, ujung gumpalannya seolah ekor hitam memanjang yang tertanam di batas desa itu. Lalu kepalanya menjulur ke arah kami, rombongan yang bergerak dengan kelotok. Seperti ular kobra raksasa. Hiii.

Sementara di kanan dan kiri, mentari terang benderang terik. Sungguh lukisan kontras alam yang menarik perhatian.

Lalu, barusan saja tadi, sesudah merampungkan diskusi kecil dengan teman-teman, saya keluar rumah dan memandang sekitar. Rombongan bekantan itu belum lagi bermain di pepohonan dekat base camp. Namun, ketika memandang ke jurusan Timur, saya melihat lukisan alam lainnya yang menarik.

[caption id="attachment_408085" align="aligncenter" width="614" caption="Alam melukis diri_2/ foto : dok.pri"]

14283075701019819706

[/caption]

Sama hal dengan foto "awan Cobra" tadi, saya juga memberi sedikit efek dramatis dengan meng-klik auto correct.

Gumpalan awan itu bertumpuk menyatu seperti hendak jatuh. Serupa bongkah-bongkah bebatuan hitam besar yang bergelantungan dan hendak dikirim langit untuk penduduk bumi. Seperti juga ada marabahaya yang dipesankannya. Seolah berkata, waspadalah anak manusia! Huuft.

Saya lalu ingat kejadian kemarin siang. Ketika ngobrol dengan beberapa tetua kampung di desa Kampung Melayu. Gegaranya adalah gerhana bulan merah darah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline