Lihat ke Halaman Asli

Kebodohan Cinta...???

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1311064977659766329

Ini adalah cerita bodoh yang seharusnya tak begitu penting untuk diingat, ditulis, bahkan di baca pun tidak layak. Hanya saja aku ingin berbagi pelajaran hidup dari kebodohan yang aku alami dalam menjalani kehidupan.

Sejak aku mengenal apa itu mencintai dan menyayangi, terutama kepada lawan jenis, mungkin disitu lah awal aku menyia-yiakan hidupku. Aku mulai mencintai seorang cowok adalah kelas 2 SMP, sebut saja dia Zhy, dia adalah teman sekelasku. Entah dibilang aku naksir dia atau apa, tapi yang pasti aku mengagumi dia karena otaknya yang encer, kulitnya putih, ya.. walaupun ga terlalu tinggi sich. Kebodohan pertama yang aku lakukan adalah aku terlalu menggunakan perasaan, dari pada logika. Aku selalu berharap dia akan jadi pacarku waktu itu, padahal dia juga ga tau aku suka sama dia, dan akupun memang ga pernah bilang kalau aku suka sama dia. Ehmm,, bener-bener bodoh aku. OK, aku jalani hidup dalam pengharapan yang tak pasti selama 2 tahun. Sampai akhirnya kita lulus, dan kami pun melanjutkan studi kami masing-masing.

Setelah lulus SMP aku melanjutkan studi ku di bidang keperawatan selama kurang lebih 1 tahun. Dan akupun tak tahu Zhy melanjutkan studi dimana. Aku studi di Kudus, ya aku berada di luar kota selama kurang lebih 1 tahun, meskipun aku pulang tiap 2 minggu sekali dan dirumah hanya 1-2 hari saja, tentu saja aku tidak pernah bertemu lagi dengan Zhy. Kalau boleh cerita sedikit tentang studi ku di Kudus, jujur selama aku disana aku kangen pengen ketemuZhy. Kebodohan yang kedua ku adalah, selama aku di Kudus aku sering menulis puisi-puisi, curhatanku, surat-surat yang aku tujukan untuk Zhy, yang sampai aku lulus studi pun tak pernah di terima dan dibaca oleh Zhy. Bukan karena tidak diantarkan oleh tukang pos, tapi karena memang aku tidak pernah mengirimkannya. Aku simpan semua puisi-puisi, curhatan-curhatan dan surat-suratku, sampai aku lulus dan kembali pulang untuk melanjutkan studiku lagi. Bayangkan satu tahun aku sia-siakan hidupku hanya untuk sesuatu yang tak mampu meningkatkan kualitas hidupku. Tapi ya sudahlah, toh semua itu kini adalah pelajaran yang begitu berharga bagiku.

Rasa sayang dan rinduku terhadap Zhy tak berhenti sampai aku lulus studiku di Kudus. Setelah itu aku melanjutkan studi SMA di kotaku. Sekolah yang cukup terkenal dan berkualitas di kotaku. Disanalah harapanku kelak yang akan mampu menghapus bayang-bayang Zhy dari kehidupanku. Serasa duniaku mati sesaat, setelah aku tahu kenyataan apa yang aku temui di sekolah baruku. Sosok yang tidak asing bagiku, sedang berdiri di tengah-tengah lapangan basket yang pada saat itu digunakan untuk upacara bendera. Ya… dia adalah orang yang selama ini aku rindukan bertemu dengannya, kini dia berdiri dihadapanku.

Perasaanku ketika bertemu dengan Zhy, wajarnya adalah memang senang. Tapi aku masih ingat apa yang menjadi pengharapanku ketika aku pertama kali masuk di sekolah baruku. Ya… “Disanalah harapanku kelak yang akan mampu menghapus bayang-bayang Zhy dari kehidupanku”. Inilah yang selalu aku tanamkan setiap memasuki gerbang sekolah, mulai dari pendaftaran sampai aku mengikuti MOS dan semua itu seakan hancur setelah aku melihatnya kembali.

Kebodohanku yang ketiga adalah caraku menjalani kehidupan baruku di SMA. Betapa perasaan sayangku terhadap Zhy memang tak semudah itu untuk dihapus. Bahkan yang terjadi adalah pengharapan-pengharapan bahwa kelak Zhy akan menyayangi aku juga. Bukankah sebuah kebodohan, ketika kita mengharap seseorang akan menyayangi atau lebih tepatnya membalas cinta kita, ketika dia saja tidak tahu perasaan kita. Dan memang Zhy pun tidak pernah tahu perasanku yang sebenarnya. Betapa logikaku sudah tak mampu lagi mengendalikan perasaanku.

Beberapa hal yang aku lakukan yang menurutku adalah sebuah kebodohan, dan mungkin orang-orang pun sependapat denganku untuk menilai bahwa tindakan-tindakan yang aku lakukan adalah sebuah kebodohan. Pertama, aku ikut kegiatan hanya untuk lebih deketatau hanya untuk ketemu dia, padahal dalam kegiatan itu aku sering melihat Zhy deket sama cewek lain, bukankah apa yang aku lakukan adalah salah, aku hanya menyakiti diriku sendiri, dan yang lebih parah lagi, aku masih saja tetap ikut kegiatan itu bukanya malah meninggalkan atau gimana gitu. Kedua, hal yang sudah pernah terjadi ketika aku studi di kudus, ya…hobiku menulis hal-hal yang ga penting kumat. Aku sering nulis curhatan-curhatanku, buat puisi, surat dll, yang menambah tinggi tumpukan puisi, surat dan curhatan-curhatan ku. Ga berhenti sampai disitu, aku lebih sering nangis karena melihat Zhy sama cewek lain, atau karena dia nyuekin aku atau karna apalah, aku rasa sensitivitas perasaanku naik 200%. Bayangkan, betapa bodohnya aku, bukannya menangisi dosa-dosa yang pernah aku lakukan dan memohon ampun padaNYa, eh malah menangisi makhluk ciptaanNYA, yang sama-sama punya dosa. “Oh…Tuhan, angkat aku dari kebodohan-kebodohan yang aku lakukan”, mungkin kata-kata ini yang lebih tepat untuk aku ucapkan ketika aku menangis karena Zhy. Satu lagi yang membuat aku geleng-geleng dan terheran (kenapa aku dulu bisa melakukan hal itu), ketika aku mengingat apa yang pernah aku lakukan dulu sewaktu SMA, karna dulu kelas ku dan kelas Zhy agak berhadapan, aku sering keluar masuk kelas, ya alasanya ke kamar mandi atau apalah dan itu tujuannya hanya untuk bisa melihat Zhy, jadi seperti orang angkut-angkut barang gitu dech..mondar-mandir ga jelas. Atau kalau Zhy lagi ada jam kosongdan dia ngobrol di luar sama temennya terus aku juga lagi ga ada pelajaran, aku ajak temenku keluar untuk ngobrol, padahal kalau dipikir ngobrolsama temenku di dalam kelas kan ya juga bisa. Ya tujuannya tu sama cuma mau ketemu+ngeliat Zhy aja. Temen-temenku yang pernah melakukan hal-hal ga bermanfaat sama aku, maafkan diriku ya…yang telah membuat hidup kalian jadi kurang bermanfaat.

Dan itupun belum ditambah lagi ketika Zhy sudah punya pacar, aku masih saja berharap Zhy bisa menyayangi aku. Mungkin sudah terlanjurmembekas, dan sudah terbiasa disakiti, sampai aku tak berkutik, meskipun hatiku selalu merasa sakit hati atas sikap-sikap Zhy. Aku ga pernah bisa suka sama orang lain, bahkan sampai aku lulus SMA pun kalau bolehjujur aku masih sayang sama dia. Hampir lima tahun aku menyimpan perasaanku terhadap Zhy. Selama itu pula aku ga bisa menyayangi cowok lain dalam hidup aku, mungkin kedengerannya lebay, tapi itulah kenyataan. Dan sebelum lulus SMA, aku berikan apa yang selama ini aku buat, ya puisi, surat, curhatan-curhatanku ke Zhy. Mungkin pada saat itu aku telah mencapi pada titik kejenuhan menunggu-menunggu dan menunggu sesuatu yang tidak pasti. Aku mulai lelah terus hidup dalam pengharapan. Pada saat itu Zhy masih berstatus punya pacar, tapi aku ga peduli. Aku ga mau lagi menyimpan semua kenangan tentang Zhy, aku capek , aku ingin focus pada kehidupanku. Mungkin di titik inilah kesadaran dan logikaku mulai kembali normal. Setelah aku berikan semuanya ke Zhy, secara otomatis dia tahu semua perasaanku ke dia. Dan dia minta maaf atas apa yang telah dia lakukan, dan bagiku ga ada yang perlu untuk dimintakan maafkarena semua terjadi juga bukan karena kesengajaan dia. Cuma satu yang aku minta dari dia jangan sampai persahabatan aku sama dia hancur karena hal ini.

Ga berapa lama setelah lulus SMA, Zhy pergi ke luar kota untuk bekerja. Aku ga tahu gimana sekarang keadaan dia, tapi aku percaya dia dalam keadaan baik. Dan sampai sekarang aku menulis cerita ini pun belum sekalipun aku ketemu dia semenjak dia lulus SMA. Ya, mungkin hanya melihat fotonya dari FB. Sekarang sudah hampir dua tahun aku jalani hidupku tanpa bayang-bayang pengharapan untuk disayangi Zhy. Walaupun jujur awal aku mulai menata hidupku kembali, begitu berat rasanya, lima tahun bukan waktu yang sebentar buat aku bertahan dengan perasaan itu, tapi karena terbiasa semua itu pun toh akhirnya bisa juga.Lima tahun juga aku menunggu waktu jenuh itu tak kunjung datang. Waktu jenuh yang mampu membuat aku melepaskan diri dari segala kebodohan-kebodohan itu. Sekarang aku di Yogyakarta, dan Zhy di Jakarta. Dan inilah, takdir kuasa Tuhan yang menjawab semua pertanyaanku. Yang membawaku kesini, mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, yang kelak akan memberikan arti lebih dari yang pernah Zhy tinggalkan dalam hidupku.

Seandainya Zhy masih ingat apa yang aku inginkan, jujur bukan akhir seperti ini yang aku inginkan dari persahabatan aku dengannya. Aku sangat menghargai waktu yang pernah Tuhan ciptakan untuk persahabatan kita. Dan aku mensyukuri apa yang telah Allah berikan, sahabat seperti kamu Zhy. Tapi mungkin kamu punya alasan lain untuk menghancurkan persahabatan kita. Jujur sebenarnya aku menyesal, jika kejujuran tentang perasaanku yang menjadi alasan kamu untuk menghancurkanpersahabatan kita. Tapi setidaknya aku beruntung pernah bisa menyayangi kamu. Setidaknya kamu pernah berarti dalam hidupku. Ya, itulah sedikit cerita hidupku yang sebenarnya mampu membuat cambuk bagiku dalam menjalani kehidupan. Pelajaran yang begitu berharga, yangAllah memberi aku karunia untuk mengertibahasa takdirNYA.

By: Tutik Uluwiyah Adany

Jangan Bersedih Kawanku

“ Dunia ini masih seluas yang kau impikan, Tak perlu kau simpan luka itu sedalam yang kau rasa, Memang ada waktu agar kau bisa kembali semula, Percayalah padaku kita kan bisa melewatinya, Jangan bersedih oh kawanku aku masih ada disini, Semua pasti kan berlalu aku kan selalu bersamamu, Jangan bersedih oh kawanku aku masih ada disini, Semua pasti kan berlalu aku kan selalu bersamamu, Jalan hidup tak selamanya indah, Ada suka ada duka, Jalani semua yang kau rasakan kita pasti bisa…..”

By: Edcoustic

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline