Lihat ke Halaman Asli

Pasek Mengayuh Politik Balas Dendam

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada yang salah dengan mekanisme pergantian antar waktu yang dilakukan oleh fraksi partai demokrat di DPR terhadap kadernya  I Gede pasek Suardika. Dan sebagai kader yang baik dan paham tentu harus memahami dengan baik tujuan pergantian sambil instropeksi diri. Pasek kerap menjadikan PPI sebagai kendaraan politiknya ketimbang PD dan prioritas pertama dia adalah "menyerang musuh" diinternalnya sendiri. Hubungan Pasek dan Anas berlangsung dalam suatu dataran power - depedency, begitu kuatnya sehingga loyalitas Pasek ke PPI lebih besar dibanding ke PD.  Sikap ini tentu perlu dipertanyakan mengingat sebagai kader, seharusnya loyalitas terjaga bukan menusuk dari belakang.

Pasek dinilai sedang menjalankan politik secara extrim berupa agitasi dan propaganda politik seolah olah pergantian dia ada politisasi. Pasek tidak memahami kode etik secara benar, utuh dan cerdas. Substansi substansi yang dimunculkan di media hanya berupa fitnah. Pasek tidak menjalankan fungsinya sebagai kader yang baik, membela seorang koruptor tentu melanggar pakta integritas yang sudah ditandatangani bersama, semangat pakta integritas yang salah satu poinnya adalah mencegah korupsi justru diabaikan oleh pasek. Sebagai kader PD, tentu dia harus bisa menjadi tenaga penggerak partai dan memahami sepenuhnya dasar dan ideologi perjuangan partai demokrat, disamping itu pasek juga harus mampu melaksanakan pakta integritas dan kode etik secara konsekuen disetiap waktu, situasi dan tempat.

Banyak kader yang diganti, dan menerima dengan lapang dada, jalankan politik santun dan beretika. Pergantian antar waktu menjadi kuasa penuh DPP partai demokrat yang tentunya dengan melihat alasan alasan yang objektif dan integritas dari seorang pasek. Kecendrungan pasek ngak menerima pergantiannya menjadi pertanyaan publik? Apakah ia enggan meninggalkan kursi empuk senayan ? Atau ini hanya sebatas memperjuangkan harga dirinya ? Wallahu alam bissawab.

Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, hendaknya pasek melakukan kritik otokritik, ini penting untuk seorang politikus untuk menjadikan kualitas kehidupannya menjadi lebih baik. Pergantian antar waktu itu merupakan bentuk evaluasi dari DPP PD untuk melihat dan mengetahui secara nyata akan kelemahan dan kekurangan kadernya di parlemen, dan itu hal biasa dilakukan disemua partai. Saya menilai bahwa I Gede pasek Suardika belum lulus dalam berdemokrasi, sebagai orang awam saya punya pertanyaan pada pasek harapan harapan apa yang sudah di lakukan pasek untuk masyarakat bali ? Ini sebuah refleksi, agar pasek bisa menjawabnya secara rekonstruksional atas pertanyaan diatas.  Politik balas dendam tidak akan pernah tumbuh subur di rel kebenaran, percayalah Bli pasek !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline