Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Catatan Kecil, TurunTangan Medan #PeduliSinabung, 23/11/14

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14171476731085699736

Oleh: Fahrul Rozi Siregar*

Begitu besar manah yang dititipkan oleh masyarakat Indonesia kepada kami, TurunTangan Medan. Ternyata masih banyak saudara-saudara yang mau berbagi untuk meringankan beban saudara-saudaranya di sisi Indonesia lain. Dana yang terkumpul kami konversikan menjadi bantuan yang benar-benar mereka butuhkan, karena kami tidak ingin apa yang kami bawa kesana tidak memberikan manfaat ke mereka.

Lantas pertanyaannya kenapa Sinabung? Kenapa baru sekarang? Bukankah bencana Sinabung sudah berlalu?

Wajar, jika pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul. Karena memang masyarakat tidak terlalu dipaksakan media untuk menikmati pemberitaan-pemberitaan tentang Sinabung, berita infotainment masih menjadi sesuatu yang bisa mengalahkan “kepopuleran” pemberitaan tentang Sinabung.

Dibalik semua itu, ada kenyataan-kenyataan yang jauh dari gambaran yang kita dapatkan selama ini. Ketidak pedulian pemerintah,.. tapi bukan.. bukan ketidak pedulian, tapi ke’kurang’ pedulian dari pemerintah terlihat jelas, ketika kami melakukan survey lokasi tujuan bantuan. Posko pengungsian memang sudah ada, fasilitas fisik memang sudah diberikan, tapi pernahkah pemerintah memikirkan kondisi psikis dari para pengungsi? Adakah pemerintah memperhitungkan darimana sumber penghasilan para pengungsi setelah ladangnya rusak? Apakah kalian yang ada di atas sana melihat berapa bayi yang membutuhkan susu? Bahkan tempat para pengungsi untuk mandi, mencuci dan buang airpun masih kurang?

Saat pertanyaan ini muncul, pasti selalu ada alasan untuk menjawabnya. Para pemimpin (baca: politisi) kita memang sangat terlatih untuk mengelak, mencari alasan, memutarbalikkan fakta. Semua cara akan mereka lakukan agar terlihat tetap benar, meski itu sebuah kebohongan.

Ini adalah sedikit catatan perjalanan kami ketika menyampaikan amanah ini ke Sinabung.

Minggu, 23/11/14 pukul 09.00 WIB

Iring-iringan mobil yang membawa kami, sudah mulai menanjak, memasuki daerah Kabupaten Karo. Udara sejuk tiba-tiba membelai kulit, sangat terasa berbeda. Lagu ”Viva La Vida” nya Coldplay yang menemani perjalanan di mobil rombongan 5 menimbulkan semangat yang berlipat untuk menyampaikan bantuan ini kepada masyarakat yang membutuhkan. Hujan sebentar yang sempat memperlambat keberangkatan tidak terlalu berpengaruh, mungkin karena niat ikhlas yang mendasari tugas ini. Pengorbanan kami seakan terlihat indah, keindahan itu muncul karena kecintaan yang kami miliki. Kecintaan terhadap gerakan, bangsa dan negri ini.

Truk yang penuh dengan bantuan masih berada di depan mobil kami, perjalanan tidak terlalu lancar karena memang daerah ini adalah daerah wisata yang sering dikunjungi warga kota terlebih di weekend seperti ini yang menyebabkan terkadang perjalanan agak tersendat. Tapi hal itu tidak mengurangi semangat dari 50 lebih relawan yang menyisihkan waktunya untuk ikut terlibat. Teman-teman dari relawan Sinabung, Nyfara Foundation, Medan Guitar Jamm, HMF USU, dan teman-teman lain tetap semangat untuk mendampingi TurunTangan Medan untuk menyampaikan bantuan ini.

Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Universitas Karo (UKA), di Lokasi ini ada beberapa posko pengungsian, dan yang menjadi fokus kami adalah posko UKA 2 dan UKA 3. Di posko ini bantuan tidak terlalu banyak, karena memang posko ini salah satu posko resmi yang paling sering mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah, terlebih posko ini ada di kota Kabanjahe yang memiliki akses lebih mudah untuk para pengungsi. Kegiatan yang dilakukan adalah hiburan untuk anak-anak. Games sederhana serta nyanyi-nyanyian kami hadirkan untuk sekedar memunculkan senyum di bibir mereka.



Tujuan ke dua adalah Desa Guru Kinaya (gurki) sekitar 45 menit perjalanan dari lokasi pertama, di desa ini ada 2 posko darurat, posko ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan Rumah Darurat, bantuan untuk ACT adalah tangki air, logistik dan sedikit obat-obatan. Posko ini hanya sebuah tenda yang berisi belasan kepala keluarga. Dari posko ini, terlihat jelas keangkuhan Gunung Sinabung yang mengeluarkan material vulkanik dari perutnya. Tampak bahaya yang bisa saja tiba-tiba mereka hadapi, mereka yang masih memilih untuk tetap tinggal disini, menjaga tanah dan sumber mata pencaharian mereka. Posko kedua di Gurki adalah rumah darurat, di sini tersusun rumah-rumah darurat yang didirikan masyarakat sebagai tempat tinggal sementara karena rumah yang dulu tidak bisa ditinggali lagi. Disini kami memberikan bantuan logistik, peralatan tidur, dan dana untuk pembangunan MCK. Dari titik ini semakin terlihat jelas Sang Sinabung yang menjulang tinggi. Terlihat juga jalur mengalirnya material vulkanik, jika misalkan erupsi terjadi.

14171477501493473478



Tujuan terakhir kami adalah Desa Mardingding, hanya kurang lebih 2,7 KM dari puncak gunung sinabung sebuah desa yang masih tetap ditinggali masyarakatnya, karena menurut pihak pemerintah bahwa daerah ini masih aman, tetapi bagaimanapun juga yang dihadapi adalah alam. Bahaya tetap mengintai kapan saja. Apalagi jarak yang begitu dekat dengan gunung. Disini kami menyalurkan bantuan logistik, tangki air, dan berencana membangun rumah jamur yang diharapkan akan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setelah ladang mereka tidak bisa menjadi sumber penghasilan. Di desa mardingding, kegiatan hiburan untuk anak-anak dan masyarakat sangat kami tekankan. Senyuman dari masyarakat dan anak-anak bisa menghapus penat yang kami dapat dalam perjalanan.

14171478211039415234



Minggu, 23/11/14 pukul 18.00 WIB

Perjalanan kami lanjutkan, tapi kali ini bukan menanjak, tapi menurun. Seperti beban para pengungsi yang juga semakin menurun, mudah-mudahan...

Harapan terakhir yang muncul di benak kami setelah menyampaikan bantuan ini adalah, semoga apa yang kita berikan dapat meringankan beban mereka, memunculkan senyum dan harapan baru dan memuncullkan semangat untuk menjalani hidup yang lebih baik.


"Karya kita dibangun di dalam sunyi, dengan ikhlas karena cinta pada negeri. Kita muncul melawan arus, menolak kemapanan yang terlanjur serius. Kita datang untuk membuat perbedaan, bukan pelan-pelan menumpuk jabatan. Ketika kata lelah sedikit terucap dari bibir untuk memunculkan perubahan, saat itulah malaikat akan semakin banyak mencatat kebaikan yang kita hadirkan."

Tetap semangat untuk perubahan, TurunTangan Medan..

Pejuang Bukan??

HADAPI!!!

*Penulis adalah salah satu Relawan TurunTangan Medan bisa dihubungi di @rozie_siregar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline