Lihat ke Halaman Asli

sigit purwanto

Saya jurnalis. Pemburu durian. Ketua durian traveler Indonesia

Berebut Durian dengan Harimau

Diperbarui: 15 April 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Boleh foto saya bang”,
 “Boleh” kata saya.
 Tak dinyana Deni langsung naik ke pohon durian setinggi kurang lebih 7 meter.
 “Ok bang foto saya disini”.
 Saya pun hanya terseyum sambil mengiyakan sambil ceprat cepret.
 “Ok”

Saya sedang di Daerah Suliki, Payakumbuh Sumatera barat, bukanya tanpa sebab, disini masih sangat kuat cerita tentang berebut durian dengan Harimau, Inyiak begitu kata mereka.

Deni teman baru saya, saya temui di jalan sedang mengangkut durian satu keranjang penuh. Desanya adalah salah satu sentra durian di kecamatan Suliki. saaat musim 3.000 durian jatuh dalam sehari. Dan Deni anak muda ini adalah tokenya, tak ada satupun durian jatuh tanpa seijin darinya bisa keluar kampung.
 Saya pun diajak Deni keliling kebun durian milik keluarganya
 " musim ini bagus bang”..lalu ia mendekat ke saya sambil berbisik, “nanti Abang boleh ambil dari saya harga…….perbiji

Hmmm harga sangat murah di banding dikotanyaaa..hampir seperempat harga di Jakartaa. Saya pun manggut manggut saya, sebagai Jurnalis bukanya alergi berbisnis tapi bisnis duriaan terlalu riskan apalagi saya tahu durian hanya bertahan 3 hari setelah itu rusak tak enak lagi dimakan.

seperti tempat lain di Sumbar, kampung deni indah dengan bukit-bukit dan lembah berdampingan. Dari desanya pemandanga elok menghampar seperti ditatah saling melengkapi.
 Didekat rumahnya, ada gubuk kecil tempat ia dan kelurganya biasa nangkring 24 jam menunggu durian jatuh. Nagari ini memang sangat menjaga kualitas duriannya tak satupun durian yang di jual adalah petikan.

suliki-58f17671ed9673d2501983d4.jpg

Berpuluh durian saya coba, ajaibnya tak satu buahpun yang identik rasa, ada yang full manis, ada yang pahit ada kuning putih, tekturanya pun berupa dari yang lembut sampai agak berserat. Tapi rasanya tak ada yang mengecewakan semuanya ueeenak.

“Ini si kunyiat” kata Deni dengan ejaan i njingkrak khas logat padang. Durian Kuniang dengan berat 3 kilo ini memang eunak, daging tebal sedikit seraat, manis tidak nahan dan sangat pulen dengan kadar air cukup tinggi jadi mengglotor ke tenggorokan. ummami kata mas hendra sih
 i
 Selepas sholat jum’at dan makan siang kami bergerak ke durian inyiak, lokasinya cukup jauh kami harus menggunakan mobil sekitar 15 menit, di sepanjang jalan parak durian menghampar enah berapa ratus hektar pantas saja dalam sehari deni bisa panen sampai 3000 ribu buah perhari..

Selepas mobil perjalan dilanjutkan jalan kaki, kakak ipar Deni Emak dengan anjing kecil dan payung warna warni menemani saya, sedangkan deni entaah kemana lenyap duluaan di depan. Satu yang saya luput adalah jarak yang saya lupa tanyakan, karena saya piker dekat, air minum saya tinggal di mobil. Dan memang yang saya takutkan terjadi, lokasi sangat jauh dengan kombinasi jalan naik turun, nafas saya sampai terengah -engah mengikuti jalan Emak, mana saya sudah sembab keringat, terik matahari siang dan jalan yang menanjak jadi kombinasi yang ampuh menguras tenaga saya. hampir mampus saya !!!, mimpi makan durian inyak lenyap otak saya cuma teriak air-air!!!....jantung saya pun sudah berdegup sangat kencang..telinga saya berdengung mau pingsan.

Di depan Deni sedang asik menggaruk garuk pohon bersama pak tuaaa..saya seperti melihat oasis, ayal saya tinggi mungkin itu pohon yang ada airnya kayak pilm pilm petualang di tv, minum dari kayu berair ..wah pasti jadi cerita seru nih.bisa exis di istagram, path, fb ehmmm..

aaa-0034-1-jpg-58f1769e61afbd98068a09eb.jpg

Ahh teryata hanya fatamorgana, teryata deni sedang menggaruk kemeyan dari pohon menyan..
 “Bang ini kemenyan ndak ada kan di Jawa”. Kata Deni Polos
 Deniiii!!!!!!... lo kira gw Tuyul Gendurwo doyan kemenyan, gw haus mau matiiii nihh Deniii!!!!!... kata saya sumpah serapah

aaa-0035-jpg-58f176c4f77e6127075328c5.jpg

Saya pun melangkah gontai menyusul Emak. Gilamemang ini tak ada yang bawa air, kepala saya suda kunang kunang, Emang pun menggeleng lemah ketika saya tanyaa. Sayapun terduduk lemas sambil berpikir bagaimana mendapatkan air. Untung, saya pernah ikut pramuka waktu SD dan pernah diajarkan bagaimana bertahan hidup ala surveval di kebun. Dan saya tahu jantung pisang di depan saya bisa jadi penawar dahaga.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline