Lihat ke Halaman Asli

RSM-The Hospital 3

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

RSM - the hospital.

... awal cerita ini adalah film "the terminal", yang bercerita tentang kehidupan seseorang di bandara. bagaimana mencari uang, bagaimana tidur, dan bagaimana makan, dan jatuh cinta,di sebuah bandara. selengkapnya harus menonton film 2004 tersebut.

Sampai beberapa waktu yang lalu, saya beranggapan bahwa ICU(Intensive care unit) itu sesuatu yang menakutkan. Ada yang bilang, begitu masuk ruangan tersebut, peluang hidupnya hanya 60%. Dan ada yang pernah bilang, biaya di ICU adalah 10 juta/hari. Begitulah gambaran betapa menyeramkannya ruangan tersebut.

Kemudian saya terbayang program intensive untuk SPMB/SNMPTN/SBMPTN. Apakah program intensive tersebut "menyeramkan"? mestinya program intensive adalah jalur penyelamatan/jalur harapan, juga yang pasti memperbesar peluang. Tidak berarti yang ikut intensive peluang gagalnya 40%. Jika begitu bimbingan belajar yang berserakan dari sabang sampai merauke akan segera "berubah" menjadi perguruan tinggi pencetak gelar tanpa makna.

Ini kali kedua menghadapi ICU, sebelumnya hanya beberapa jam karena harus segera terbang kualanamu menuju husein sastra negara bandung. Kala itu ICU masih sangat menyeramkan, begitu mendengarnya kepanikanpun datang, rasa rasanya jika mengukur tensi saat itu mungkin sekitar 190. Juga berat badan terasa berkurang, jadi alternatif untuk mereka yang ingin diet, seringlah berkunjung ke ruang ICU.

Ini kali kedua, cerita the hospital pun dimulai. Kami tinggal di ruang tunggu ICU ini untuk beberapa hari. Dan sepertinya memulai kehidupan disini.

Tetanggayang pertama, sebut saja ibu Mega, dia menunggu ibunya yang baru saja selesai operasi. Awalnya, bu Mega membutuhkan charger nokia, karena melihat bu Mega sudah cukup tua, saya bukan saja meminjamkan charger. Melihat bu Mega yang duduk dan kesulitan berdiri, saya berdiri cepat dan pergi men-charger ke tempat dispenser. Karena dispenser tersebut satu-satunya tempat menemukan listrik di ruang tunggu tersebut.

Tetangga yang kedua adalah Mr. e, singkatan dari Mr. Elektronik, beliau ini cukup renpong. Saat Hp di tangan, tablet di charger, dan saat main tablet hp di charger. Sampai suatu waktu, saking bosannya menunggu charger selesai dan kami membutuhkan air panas dari dispenser, kamipun menghentikan dengan paksa. Saat Mr.E di toilet seseorang dari kami menggantinya dengan dispenser. Akhirnya Mr. E mencari solusi, membeli/membawa cok cabang. dan tentunya kamipun menompang pada orang yang kami paksa keluar dari zona dispenser.

Waktu besukpun tiba, menempati ruang ICU dalam sejam, akhirnya mengamati apa saja yang ada dalam ruangan tersebut. Dan ternyata anggapan selama ini sungguh berbeda, ICU tidak ada bedanya dengan program intensive, tidak ada yang berlebihan. Tentu disini lebih aman dari ruang biasa. Setelah selesai besuk, kembali ke "rumah" (ruang tunggu). Kami berbincang dengan Bu Mega, beliau cukup panik. Sampai sampai dia berniat membawa nenek (Ibu Bu Mega) ke rumah dan pasrah. Dia panik mendengar biaya, katanya 10 juta/hari, padahal beliau hanya mempunyai 20 juta. Dan sepertinya 20jt tersebut sudah tidak cukup. Untuk itulah dia sangat membutuhkan charger sebelumnya, agar dapat menghubungi sanak saudaranya. Kemudian kami menyuruh bu Mega ke kasir, untuk menanyakan biaya, bisa jadi 10jt itu untuk sampai hari ini, bukan /hari. Bu mega pun mulai tenang.

Ini yang selalu saya tekankan, orang-orang kesehatan harus mengerti psikologis, dan melihat dari perspektif pasien. Agar tidak menimbulkan kepanikan. Sama halnya ketika kami ke ICU, periksa bentar, tanpa keterangan apa apa, keluar pernyataan "ini harus segera ke ICU".

Saya kemudian terbayang, misal saya jadi guru/dosen. Lalu ada murid bermasalah yang kebetulan anak dokter. Lalu saya bilang, tanpa penjelasan, anak anda harus pindah jurusan. Apakah dokter tersebut tidak panik???

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline