Lihat ke Halaman Asli

Media Sosial, Mahasiswa dan Budaya Copy Paste

Diperbarui: 11 Maret 2016   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Proses perkuliahan mahasiswa, foto : Unsera"][/caption]Dalam salah satu kesempatan nongkrong bareng temen di warung sampingan salah satu perguruan tinggi agama negeri di Mataram beberapa waktu lalu, secara tidak sengaja saya mendengar perbincangan mahasiswa yang sedang hawatir gara - gara makalah salah satu mata kuliahnya belum selesai dikerjakan, sementra waktu untuk untuk melakukan persentasi tinggal satu hari

 Secara spontan teman di samping mahasiswa tersebut yang ternyata satu kelompok dengan dia mengatakan, ente ini serius sekali mikirin makalah, ntar malam juga  sudah jadi, jangan hawati, ada mbah googel, ayo ngopi dulu, kata mahasiswa tersebut sambil menghisap dalam -dalam sebatang rokok surya yang dipegangnya

 Perbincangan mahasiswa tersebut memang hanya satu perbincangan warung sampingan yang kebetulan saja secara tidak sengaja saya dengar dan kalau dalam konsep penelitian akademisi bergelar master, doktor dan profesor perguruan tinggi, perbincangan tersebut tidak bernilai apa - apa dan tidak cukup mewakili untuk dijadikan sampel dan mengatakan bahwa semua mahasiswa memiliki budaya seperti itu

 Tapi saya membayangkan kalau sebagian di antara pelajar dan mahasiswa memiliki kebiasaan tersebut, terlebih di era perkembangan dan kemajuan industri teknologi seperti sekarang ini, bagaiman budaya baca buku  semakin kurang digandrungi, bagaimana pulu ratusan ribu bahkan jutaan deretan buku perpustakaan hanya akan menjadi bahan pajangan berdebu

 Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dalam perjalanannya memang telah memberikan warna baru dalam kehidupan manusia di berbagai bidang kehidupan, mulai bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan. Era digital sekarang terutama dengan adanya media sosial tidak ada terasa sulit dan mustahil dilakukan

[caption caption="foto : mobilepulsa"]

[/caption]Dalam dunia pendidikan misalkan, sekarang masyarakat, pelajar dan mahasiswa bisa dengan mudah mengakses informasi, tanpa harus dibatasi ruang, waktu dan tempat. Sumber informasi dan pembelajaran bisa diperoleh dari berbagai sumber dengan demikian mudah dan cepat hanya dalam hitungan detik, menit maupun jam,  semua bisa dengan mudah diproleh dengan adanya media sosial

Sumber informasi dan pengetahuan tidak lagi terfokus pada buku pelajaran, perpustakaan dan guru sebagai subjek dan pembaca, masyarakat, pelajar dan mahasiswa sebagai objek. Dengan adanya media sosial masyarakat bisa lebih cepat dan dengan mudah mendapatkan pengetahuan dan informasi apapun yang sedang berlansung di tengah masyarakat

 Berbeda sekali misalkan ketika media sosial internet belum berkembang seperti sekarang. Kalau mau sedikit bernostalgia dengan masa tempo dulu di kampus, ketika saya menjadi mahasiswa, mengerjakan tugas makalah, bagaima harus berbagi tugas dengan teman mahasiswa kelompok,  membolak balik deretan buku mata kuliah yang dipajang di rak perpustakaan, hanya untuk mencari buku materi materi perkuliahan yang akan dijadikan sebagai rujukan membuat makalah untuk hendak diperesentasikan

Sekarang dengan adanya media sosial seperti googel, website, blog, wordpres maupun sejumlah media sosial lain,  masyarakat, pelajar dan mahasiswa bisa dengan mudah mendapatkan semua hal dibutuhkan, cukup hanya dengan satu klik saja berbagai pristiwa di dunia dan informasi dibutuhkan bisa didapatkan

[caption caption="belajardikampus"]

[/caption]Tapi di balik perkembangan, kemajuan teknologi dan kemudahan didapatkan dari adanya media sosial, sebagian masyarakat,  pelajar dan mahasiswa cendrung menjadi lebih manja dan menggandrungi budaya serba instan, main copy paste materi pelajaran melalui internet, mengabaikan buku bacaan dan perpustakaan sebagai sumber bacaan yang lebih mampu memberikan pengetahuan mendalam dan komprehensif

 Saya terkadang membayangkan, dengan adanya media sosial, akankan gelar kutu buku yang selam ini disematkan bagi masyarakat penikmat dan suka melahap buku - buku bacaan, rajin mengunjungi perpustakaan hanya akan menjadi kenangan dan cerita dalam dongeng - dongeng. Mungkinkah istilah baru “virus media social” akan lahir dari kecendrungan masyarakat yang mulai banyak  menggandrungi dan mendewakan media sosial sebagai sumber bacaan dan pengetahuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline