Lihat ke Halaman Asli

Jurnalis : Loyalitas, Integritas dan Kesejahteraan

Diperbarui: 23 Februari 2016   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sejumlah wartawan saat melakukan aksi damai memperingati hari kebebasab pers di acara car free day, taman Udayana Kota Mataram"][/caption]Dalam setiap kesempatan pelatihan, seminar, workshop, diskusi kecilan warung sampingan, bahkan melalui group wartawan di sosial media black berry masage dan WhatsApp, diskusi tentang jurnalis berintegritas selalu menjadi materi perbincangan hangat, terutama dari kalangan jurnalis, wartawan maupun reporter media cetak dan elektronik

Diskusi dan perdebatan melalui group wartawan sosial media whatsApp paling sering berlansung, bahkan tidak jarang dari diskusi ringan bisa berahir menjadi perdebatan memuakkan di antara jurnalis, wartawan dan reporter, karena saling menghujat hujat dengan diskusi tidak sehat, karena adanya perbedaan pandangan ketika pembicaraan sudah membahas masalah Kode Etik Jurnalis (KEJ), integritas dan kesejahteraan

Beda orang, berbeda pula cara pandang dan pemikiran dalam melihat suatu persoalan termasuk dalam memberikan pandangan terkait jurnalis berintegritas sudah pasti berseliweran, mulai dari jurnalis yang menekankan pentingnya integritas dengan menjadikan KEJ sebagai harga mati untuk dipedomani, sampai jurnalis yang menyangsikan dan pesimistis KEJ bisa dijalankan sepenuh hati oleh semua jurnalis, kalau perusahaan media masih abai dengan nasib dan kesejahteraan pekerja pers

Kalau boleh saya sedikit berargumentasi, ada ketimpangan yang terjadi memang antara kewajiban menjalankan KEJ dengan hak jurnalis mendapatkan kesejahteraan. Di satu sisi dalam setiap kesempatan,  Organisasi wartawan, perusahaan media, pakar, pemerintah, DPR dan kalangan jurnalis sendiri demikian kencang menyuarakan supaya jurnalis dalam menjalankan kerja jurnalistik tetap profesional sesuai KEJ

Sebagian KEJ bahkan sudah dicantumkan perusahaan media melalui ID Card yang diberikan kepada jurnalis semenjak pertamakali bekerja di perusahaan media bersangkutan, tapi giliran bicara masalah kesejahteraan, mulai dari gaji, tunjangan dan jaminan sosial lain, perusahaan media, organisasi pers termasuk jurnalis sendiri seperti mati kutu,tidak berdaya dan nyaris tidak terdengar bersuara. Jurnalis dan pekerja pers lain terkadang tidak ubahnya seperti sapi perahan dipaksa bekerja di bawah tekanan dan target perusahaan, sementara kesejahteraan jurnalis terabaikan

[caption caption="galang tanda tangan, Foto : Turmuzi"]

[/caption]Bahkan ada perusahaan media yang menggaji wartawan jumlahnya bagi saya sangat tidak 'manusiawi', 300 sampai 500 ribu perbulan, dan terkadang tidak menentu, tidak sebanding dengan beban kerja diberikan, sementara KEJ yang menempel pada kartu pers atau ID Card selalu dibawa kemana langkah wartawan dan jurnalis memburu berita, meski pada ahirnya ditaati atau tidak

Jurnalis dan wartawan contributor termasuk paling tragis nasibnya sampai sekarang, bekerja tanpa kontrak jelas, tanpa jaminan sosial apapun dari perusahaan media, padahal semua tau pekerjaan jurnalis identik dengan pekerja lapangan yang rawan terkena kecelakaan, ancaman sampai resiko kematian atas kerja yang dijalankan. Sekali lagi kemana, organisasi wartawan dan aktivis pers yang selama ini menyuarakan jurnalis berintegritas dan patuh pada KEJ

Dengan kondisi tersebut, rasanya tidak adil kalau kesalahan sepenuhnya ditumpahkan kepada jurnalis atau wartawan ketika melakukan proses peliputan, kemudian (mohon maaf) 'menerima hadiah' dari narasumber, meski semua tau menerima pemberian dalam bentuk apapun dari narasumber tidak dibenarkan

Saya berharap tulisan ini tidak ditafsirkan negatif, catatan ini saya tulis dan muat juga bukan sebagai bentuk curhatan, tapi sekedar ingin sharing bahwa seperti itulah pekerjaan jurnalis, pekerjaan mulia penuh tantangan, tapi minim perhatian dan kesejahteraan. Sebagian jurnalis hanya dijadikan sapi perahan oleh sebagian perusahaan media tempat bekerja, mencari dan mendatangkan keuntungan besar secara finansial

Momentum Hari Pers Nasional (HPN) atau ada yang sebut sebagai Hari PWI Nasional di Lombok NTB beberapa waktu lalu semestinya tidak sekedar acara seremonial, tapi diharapkan bisa menjadi momentum, bagaiman merumuskan kesepakatan bersama dari organisasi pers, aktivis dan para jurnalis memperjuangkan bersama masalah kesejahteraan jurnalis, mengingat pada puncak HPN juga banyak dihadiri pengusaha media

Karena kalau kesejahteraan jurnalis sudah terjamin, masalah integritas dengan sendirinya akan bisa dibentuk dari para jurnalis dan pekerja media lain serta patuh pada KEJ juga akan bisa dengan mudah dilaksanakan, mengingat persoalan integritas bagaimanapun tidak bisa dipungkiri memiliki keterkaitan erat dengan masalah kesejahteraan jurnalis dalam menjalankan kerja meliput dan menulis berita

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline