Lihat ke Halaman Asli

Hadiah Istimewa Dari Pepih Nugraha

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14097214431240198129

[caption id="attachment_340885" align="alignleft" width="300" caption="Fose bareng bersama pengelola dapur kompasian, Pepih Nugraha, usai memberikan buku Buku "][/caption]

Selain mendapatkan banyak pencerahan dan pengetahuan baru tentang menulis menggunakan gaya bertutur, sebagai gaya penulisan jurnalisme warga, yang banyak digunakan kelompok masyarakat di sosial media bloging, wordpres, facebook maupun beberapa jenis sosial media lain dalam menuliskan berbagai pristiwa yang dilihat, disaksikan, dirasakan dan difikirkan di lingkungan sekitar

Diacara workshop jurnalisme warga yang berlansung selama empat hari, dari tanggal 27-30 Agustus 2014 di hotel Mercure Alam Sutra, Serpong Tanggerang selatan, bersama beberapa utusan lembaga dari beberapa daerah, yang diselenggarakan Kemitraan tersebut

Saya bisa berkesempatan berdiskusi dan sharing pengalaman secara lansung pencetus blog warga kompasiana, Pepih Nugra dan dua penggelola dapur kompasiana lain, Iskandar Zulkarnain dan Nurullah, tentang menulis dan ngeblog di sosial media

Hal lain membuat saya senang dari acara workshop tersebut, bisa mendapatkan hadiah buku istimewa “Etalase Warga Biasa” dari wartawan senior sekaligus inisiator pencetus kompasian yang sampai sekarang telah memiliki member dan digunakan masyarakat dari berbagai kelompok, kalangan dan kelas

Mulai dari kalangan profesional, penulis, kolumnis, jurnalis hingga masyarakat biasa dan ibu rumah tangga, sebagai sosial media alternatif melakukan dialog, diskusi dan sharing pengalaman, pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dan pristiwa, dari kisah orang biasa sampai cerita dan peristiwa luar biasa

Sebagai blog warga yang memang sengaja dirancang untuk warga dengan tetap mengedepankan etika, kompasiana hadir guna menjawab kebutuhan warga akan ruang ekspresi yang selama ini, sebagian telah diambil alih oleh media mainstream dan media sosial lain yang membatasi ruang ekspresi bagi warga dimedia yang dimiliki

Buku Etalase Warga Biasa bagi saya menjadi istimewa, bukan karena yang memberikan adalag pencetus kompasiana. Buku tersebut menjadi istimewa karena isi yang termuat didalamnya mengisahkan, catatan lika liku perjalanan dan perjuangan sosok Pepih Nugraha

Memperjuangkan ide, gagasan yang awalnya mendapatkan banyak ejekan dan cemoohan. Bagaimana Pepih Nugraha menerima sedikikan olokan dengan panggilan Pepihsiana sampai jalan panjang meyakinkan teman-teman dan banyak orang

Dengan semangat yang sempat timbul tenggelam, sampai ahirnya menjadi sosial media yang mendapat banyak pujian dan telah dijadikan sebagai ruang berbagi informasi, ekspresi dan ruang diskusi cukup dinamis oleh sebagian masyarakat

Buku Etalase Warga Biasa bagi saya menjadi menarik, karena sebagian dari catatan pergulatan dan perjuangan Pepih Nugraha bersama pengelola dapur kompasiana lain membangun dan mengembangkan kompasiana sebagai media sosial khas Indonesia juga saya alami

[caption id="attachment_340886" align="alignright" width="300" caption="Buku "]

1409721807906422533

[/caption]

Ulasan buku tersebut paling dekat dengan pengalaman saya adalah soal aktivitas menulis dan ngeblog yang sudah saya lakukan semenjak masih mahasiswa sampai sekarang, dengan semangat menulis terkadang naik turun

Dimata sebagian orang, menulis dan ngeblog seringkali dinilai sebagai kegiatan sampingan, tidak terlalu penting dan tidak sedikit menilainya sebagai aktivitas sia-sia dan membuang waktu. Ukuran bermanfaat, oleh sebagian orang, ukurannya selalu dinilai dengan uang

Kalau aktivitas tersebut tidak lansung mendatangkan keuntungan secara finansial sudah pasti akan dikesampingkan dan dinilai sebagai aktivitas tidak penting. Sampai pernah suatu kesempatan, saat saya share tulisan opini di ling blog www.turmuzitur,blogspot.com ke sosial media facebook

Dihalaman facebook teman tersebut berkomentar, Tur side nulis doang porokm, buang-buang waktu, ape bae yakm mauk, saraante bae gawe pegawean lain saq becat datengang kepeng (Tur, kamu nulis saja pekerjaanmu, buang-buang waktu, apa mau kamu dapat, lebih baik mencari pekerjaan lain yang cepat mendatangkan uang) cloteh teman tersebut di bagian bawah ling tulisan yang saya share

Membaca komentar teman tersebut, saya senyum-senyum saja. Tidak tau apakah dia berkomentar seperti itu karena bermaksud mengolok, atau mungkin karena dari kacamata dia, melihat aktivitas menulis sebagai aktivitas tidak penting dan bisa mendatangkan kesejahteraan

Tapi bagi saya, aktivitas menulis selama ini saya anggap sebagai aktivitas santai dan memang menyenangkan, bisa menuliskan berbagai hal yang dilihat, alami, rasakan dan saksikan yang berlansung di lingkungan sekitar. Ada kepuasan tersendiri yang saya rasakan ketika telah menuliskan segala sesuatu di pikiran




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline