Lihat ke Halaman Asli

Azis Turindra Prasetyo

Fasilitator dan Staff HRD SAsi

Peran Masjid dalam Penanggulangan Bencana Banjir

Diperbarui: 24 Februari 2020   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar sampah yang tertumpuk dipinggir jalan (Sumber gambar : google)

Banjir kembali melanda ibukota, selain curah hujan tinggi kenaikan permukaan air laut juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir, hal ini seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo yang dikutip dari CNN Indonesia

Faktor lainnya adalah masih banyak tempat pembuangan saluran air di kawasan Jabodetabek yang tersumbat, belum lagi tumpukan sampah yang berada di hilir sungai. Bahkan kepala BNPB mengatakan untuk lebih akuratnya bisa cari data 6 bulan kebelakang tentang banyak sungai di Jakarta dan Bekasi tersumbat sampah. 

Melihat fakta demikian suka atau tidak suka ibukota memang menjadi langganan banjir dan oleh sebab itu seperti pepatah bilang sedia payung sebelum hujan, ada banyak alternatif cara penanggulangan bencana banjir terutama mengggunkan peran masjid beserta jamaah masjid. Kenapa mengusulkan memberdayakan masjid, bukankah masjid sebagai tempat beribadah? marikita lihat data sebagai berikut : 

Menurut data tahun 2014 mengutip Jakarta.go.id, jumlah warga Jakarta yang memeluk agama Islam mencapai 8,34 juta jiwa atau 83 persen dari total populasi, yaitu 10 juta jiwa, dengan jumlah  masjid atau musala sebanyak 10,7 ribu. Adapun persebaran masjid/musholla terbanyak terdapat di Jakarta Timur (3,3 ribu) dan Jakarta Selatan (2,4 ribu). 

Melihat potensi diatas maka masjid beserta jamaah masjid bisa diberdayakan dalam upaya penanggulangan banjir termasuk evakuasi banjir. Yang kita kenal saat ini masjid sebagai tempat beribadah, mencari ilmu pengetahuan, pengelolaan zakat dan infak,qurban,  layanan kesehatan dan juga layanan ambulans dan proses pengurusan jenazah. 

Peran masjid bisa ditambah dan diberdayakan seperti adanya program penanggulangan banjir dan evakuasi yaitu melakukan pemberdayaan tentang pentingnya kebersihan (karena bagaian dari iman) kemudian juga tentang pembelian alat keselamatan dan evakauasi saat banjir, seperti perahu karet , lifejacket, tambang, dayung dan safety prosedur management. 

Ilustrasi pelatihan penggunaan perahu karet (sumber gambar : Dokumen Pribadi)

Bisa dibayangkan dari masjid akan ada relawan yang anggotanya terdiri dari DKM dan jamaah masjid yang tanggap dalam bencana, mampu mengetahui prosedur keselamatan, hingga operasional perahu karet dan actionnya. Jika ini terjadi maka kasus banjir bisa jadi minimal karena sudah muncul budaya sadar akan kebersihan, jika banjir terjadi maka minimal proses evakuasi tidak membutuhkan waktu lama, karena peralatan sudah tersedia dan warganya sudah siap tanggap bencana banjir. 

Ilustrasi evakuasi dengan teknik penyebrangan basah menggunakan tambang sebagai alat bantu dan life jaket (dok : pribadi)

Tentunya ini adalah gagasan yang sangat baik, tinggal adanya komitmen terutama memelihara peralatan keselamatan yang menjadi tanggung jawab bersama, karena merawat life jacket, perahu karet dll itu membutuhkan ketelatenan, jika ada sistem ini maka masyarakat akan tanggap dan rasa gotong royong akan semakin kuat. Seperti prinsip pengelolaan masjid Jogokariyan yang saya kutip dari detik mengatakan rahasianya ada pada sebuah prinsip yang dipegang para pengurus masjid dan masyarakat sekitar. Pengurus masjid bukan sekedar mengurus masjid tapi juga melayani jamaah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline