Lihat ke Halaman Asli

Azis Turindra Prasetyo

Fasilitator dan Staff HRD SAsi

Malaysia adalah Jam Weker Bagi Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kring...kring.kring................ Gubrak..... Andi terjatuh dari kasurnya dan terpogoh-pogoh berlari ke kamar mandi setelah melihat dan mematikan jam wekernya yang berada di atas meja yang menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Setelah selesai acara mandi dengan terburu-buru ia memakai baju seragam, memasukan buku pelajran dan alat-alat sekolah dan meluncur kesekolah. Sampai sekolah ia terlambat, lantaran di jalan ada terjebak macet, karena banyak sopir angkutan umum yang berdiplomasi bertele-tele dengan mengambil jalan seenaknya dan sekenanya. Andi pun dihukum untuk melakukan push-up oleh satpam sekolah dan guru BP yang sudah nongkrong di gerbang sekolah tidak lupa dicatat namanya yang menjadi rapor kecerobohan dan kemalasan Andi, karena sudah lebih dari 5 kali. Sebenaranya Andi telah diperingatkan namun selalu berkata iya, iya, iya dan iya tanpa pernah memperbaikinya. Selepas menjalani hukuman Andi menuju ruang kelas namun betapa kagetnya Andi melihat kelasnya kosong,  karena hari ini jam olahraga dan Ia tidak membawa baju olahraga, akhirnya ia mendapat hukuman lagi dari guru olahraganya. Tidak sampai disitu Buku pelajaran yang dibawapun salah semua karena ia asal memasukan kedalam tas, dan ia sama sekali tidak mempersiapkannya, bukan satu atau dua kali saja Andi mengalami masalah ini hanya saja sudah berkali-kali bahkan bisa dibilang selebritis sekolah dengan ulahnya yang tidak patut dicontoh. Pihak sekolah bukan tidak pernah menegur Andi, bahkan hingga orangtua Andi dipanggilpun, dan Andi dicedramahi oleh orangtuanya kelakuannya sulit berubah, terjatuh dilubang yang sama. Malaysia adalah Jam Weker Jika saya boleh menganalogikan Andi adalah Indonesia dan Jam Weker adalah Malayasia, Anda mungkin masih ingat dengan "kelakuan" negeri tetangga yang katanya serumpun itu, hal ini boleh dibilang pihak Indonesia tidak tegas dalam mengatasi jam weker mengutip dari Suara karya Online "Masalah sengketa perbatasan Indonesia dan Malaysia, baik di darat maupun di laut, tidak akan bisa selesai dan justru akan kembali terulang selama pemerintah tidak bisa bersikap tegas pada Malaysia". Hal ini disimpulkan dari pernyataanrangkuman pendapat guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, mantan anggota DPR Hatta Taliwang, dan Ketua Fraksi PDIP DPR yang juga Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo, yang disampaikan secara terpisah di Jakarta dan Solo, Jawa Tengah, Selasa (11/10/2011) Malaysia seperti jam weker selalu saja membuat kaget, hingga orang seperti Andi yang tidak mau mempersiapkan urusannya untuk esok hari selalu buru-buru tidak rapi, dan ceroboh. Mirip sekali dengan pemerintah republik ini yang selalu kebakaran jenggot ketika Malaysia mulai lagi dengan aksi klaim mengklaim. Pemerintah Indonesia Tidak Siap dan Tidak Mau Belajar Untuk Memperbaiki Mengutip pendapat dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj yang mengaku kecewa pada Malaysia terkait pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia di perbatasan Kalimantan Barat. Said menilai Malaysia bertindak di luar batas toleransi. "Karena mereka (Malaysia) kaya, arogan. Kenapa Malaysia tetap mengganggu kita. Kenapa satu rumpun, dua bangsa ini tidak pernah akur," kata Said di Jakarta, Senin 10 Oktober 2011 seperti dikutip Vivanews.com Dalam sebuah tayangan stasiun televisi swasta saya melihat dengan jelas bagai mana Malaysia "merayu" penduduk Indonesia dengan fasilitas yang disediakan. Malaysia membangun fasilitas yang menjanjikan dan menggiurkan diperbatasan berupa panel tenaga surya untuk kebutuhan listrik,  membangun penampungan Air untuk sanitasi dan kebutuhan air, sarana kesehatan, pendidikan, serta menempatkan tenaga-tenaga terlatih di bidangnya dengan gaji yang layak sehingga mereka tidak kabur dari perbatasan. Bandingkan dengan negara kita yang tidak pernah berfikir untuk membangun dari perbatasan akibatnya jangan salahkan warga Indonesia menyebrang dan memilih negeri tetangga yang glamor dan menjanjikan, seharusnya pemerintah belajar membangun dari perbatasan. Dengan membuat fasilitas yang memadai dan akses yang cukup bagi penduduk diperbatasan dan dipulau-pulau terluar, selama ini pembangunan selalu terpusat di jawa dan kota-kota besar. Berikan jaminan kepada tentara dan tenaga-tenaga terlatih dibidang kesehatan, pendidikan, pertanian dan bidang-bidang lainnya yang mampu menjaga kedaulatan NKRI, jadi tentara tidak sendiri menjaga perbatasan yang luasnya mulai dari sabang hingga merauke. Indonesia Selalu dirugikan Sementara itu  pengamat militer Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy, Selasa (11/10/2011) seperti dikutip dari republika mengatakan faktor kekuatan militer Indonesia dipandang sebelah mata oleh Tentara Diraja Malaysia. Faktor tidak adanya tapal batas yang nyata membuat Malaysia seenaknya sendiri merebut wilayah Indonesia di Dusun Tanjung Duta dan Camar Bulan selain itu Muhadjir memprediksi ke depan hubungan Indonesia dengan Malaysia bisa semakin jatuh ke dalam pola membahayakan kedua negara bertetangga itu. Muhadjir juga menilai selama ini Indonesia selalu sebagai pihak yang merasa dirugikan. "Pemerintah harus menuntaskannya segera. Jika tidak, Indonesia yang terus dirugikan," katanya. Menghentikan Jam Weker Seperti Andi yang saya analogikan sebagai pemerintah Indonesia yang selalu tidak siap menghadapi "kejutan jam weker Malaysia" sudah sepatutnya untuk bergerak untuk mengendalikan bahkan menghentikan jam weker. Cukup sederhana sebenarnya yaitu dengan mempersiapkan diri mulai dari perbaikan infrastruktur di perbatasan, pembangunan akses diperbatasan, penjaminan bagi tenaga ahli di perbatasan, perbaikan alustista, mental dan jaminan kepada TNI yang bertugas di Perbatasan, serta tidakan tegas dan komitmen seorang pemimpin yang berani menggebrak dan "memaki" agar Jam weker itu berhenti total, " menggangu kedaulatan. Saatnya ketegasan layaknya sang pemilik rumah mengusir maling dengan cara yang keras sekalipun agar si maling jera dan kapok, seperti dahulu, perbaiki dari sekarang dan tunjukan Indonesia masih berdaulat, beradab dan memanusiakan manusia. Analogi Siswa Andi Coba Anda bayangkan jika si Andi telah mempersiapkan seluruhnya mulai dari displin mempersiapkan buku pelajaran besok, rajin menyelesaikan pekerjaan rumah, memahami permasalahn yang dihdapi dan mau berubah kearah yang lebih baik, niscaya dengan kepribadian yang disiplin, rajin, cermat dan cerdas ia tidak akan merasa terkaget-kaget dengan bunyi jam weker karena ia bangun lebih dulu dari bunyi jam weker dan mampu "mematikan"  jam weker sebelum bersuara lantang yang memekakan telinga !!!! NKRI Harga Mati, Padamu Negeri Jiwa Raga Kami, Merdeka !!!! Salam Kompasiana [caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Ilustrasi Jam Weker "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline