Ini yang kau sebut pertemanan, dimana mulut-mulut secara sengaja mengeluarkan omongan-omongan busuk tentang saling menjatuhkan satu sama lain. Begini kiranya yang kau banggakan bahwasanya dirimu seperti paling benar sendiri dan membawahi kami yang sebenarnya tak ingin dibawahi.
Aku jijik melihat geliat tawamu di media sosial, berlagak baik nyatanya busuk, berlagak teraniaya nyatanya berbahaya.
Aku jijik melihat tingkahmu, membayangkan aku akan selalu menolong saat kau kesulitan, membantumu meskipun kau tak pernah tau.
Aku jijik mendengar ucapan-ucapan pencitraan dari semua kata-kata yang keluar dari mulutmu
Betapapun baiknya kau saat ini, tak pernah menyurutkan rasa kesal dalam hatiku untuk selalu mengutuk hidupmu sekalipun hal semacam ini tak patut untuk dilakukan...
Hanya saja bila kau menganggap ini dendam, kau sedang salah kaprah
Aku tidak pernah mendendam
Ini hanya ke-ikhlas-an ku yang kau lebur jadi debu
Ini hanya penyesalan yang datang bertubi-tubi setelah kau mengecap kata-kata hina kepadaku
Ini hanya penyesalan yang tidak pernah habis karena aku sedang disertakan dalam drama busuk kehidupanmu
Ini hanya bagian dari penyesalan terbesar dihidupku, bahwa menolong orang kiranya tak selalu dihargai