Arus lalu lintas jalan WR Supratman barat dialihkan ke jalan Katrangan, sedangkan sebelah timur dialihkan menuju jalan Sedap Malam, kemarin sore. Jalan Turi pun ditutup dari arah selatan. Pasalnya Kesiman Progressive Festivaldihelat pada hari minggu, 25 Desember 2011 kemarin. Festival ini melibatkan banyak anak-anak dan para remaja se-kelurahan Kesiman. Meskipun tingkat kelurahan, pada pembukaan sore tadi dihadiri oleh walikota Denpasar. Kesiman Progressive Festival ini akan dirangkai dengan beberapa acara:
- Pawai Budaya dengan tajuk “alam, budaya, dan sampah”
- Lomba Foto dengan tema “Bali Progressiver”
- Parade Tari Kontemporer
- Parade musik etnik (world musik)
- Parade Tari Tradisional
- Pameran Foto
- Pameran Keris
- Pentas Seni
- Bazzar Seni
Sekitar jam setengah tiga sore waktu Denpasar jalan ini sudah diduduki oleh warga, tidak hanya dari kelurahan Kesiman, tapi juga dari kelurahan sekitar. Para petugas pun bersiap menutup akses menuju Gianyar yang melalui jalan ini. Saya tau pasti, sebab Penggak Men Mersi Puri Agung Kesiman, tempat terselenggaranya festival ini terletak persis di depan tempat tinggal saya. Sayangnya, tak lama setelah ditutupnya jalan, rintik gerimis mulai turun dan dengan cepat berubah semakin deras. Panitia kewalahan, sebab hal itu tak sesuai yang tercantum di sekenario, hujan begitu lebat. Tak mau menyerah, sedikit improvisasi akhirnya opening ceremony itu pun tetap digelar, tentu saja dengan peserta yang basah kuyup. Begitu juga dengan para penonton yang sudah berkumpul, mereka tak mau menyerah karena hujan. Dukungan dari masyarakat sekitar semakin memeriahkan festival perdana itu. Satu hal yang saya suka dari pembukaan Kesiman Progressive Kesiman kemarin, yaitu tema yang diusung. Anak-anak dan para remaja itu menunjukkan seni dan kebudayaan Bali. Mulai dari permainan tradisionl anak hingga tentang kampanye alam. Semua itu dikemas dalam seni teatrikal yang menarik, bahkan menurut saya, mereka tidak sedang melakukan pertunjukan, tapi seperti bermain sungguhan. Jangan mengira festival ini diadakan di sawah beneran
foto disamping hanya ornamen pelengkap pertunjukan pembukaan kemarin. Adegan yang menggambarkan para petani di Bali itu termasuk salah satuperformance yang paling lama. Diceritakan beberapa petani yang sedang mengolah ladangnya kemudian datang para istri mereka yang membawakan sebakul nasi untuk disuguhkan kepada para suami mereka. Kolaborasi yang menunjukkan keharmonisan rumah tangga itu mendapat sambutan dari penonton, sebab ada beberapa adegan yang lucu. Bagian ini diperankan oleh para remaja, sepertinya mereka masih tingkat SMA. Mereka tampak cekatan dan terlihat tidak canggung beraksi di depan para tamu undangan. Pertunjukan yang ini tak saya lihat dengan jelas kemarin. Tak kalah lucunya tingkah polah anak-anak yang menggemaskan, ada yang bermain enggrang, layang-layang, dan masih banyak lagi yang lainnya, saya tak tau satu persatu nama permainan itu. Yang jelas saya tertarik dengan permainan satunya, saya tidak tau nama pastinya, orang-orang sekitar yang saya tanyai juga tidak tau, padahal mereka orang Bali
Begini permainannya, puluhan anak membentuk lingkarang dengan saling berpegangan tangan. Ada dua anak yang ada di dalam lingkarang tersebut, satu laki-laki dan satunya perempuan. Yang laki-laki harus bisa menangkap perempuannya, tetapi dihalangi oleh pagar lingkaran. Perempuan itu boleh keluar dari lingkaran, tapi tak boleh jauh-jauh. Tentu saja si bocah lelaki itu akan mengejarnya keluar, dengan harus menembus pertahanan dari pagar. Seru! si bocah laki-laki itu sampai terjatuh dan terlihat masam mukanya. Hahaha…saya tak tau, apakah ini termasuk dalam skenario, menurut saya sih bukan, sebab perubahan mimik muka terjadi setelah dia terjatuh. Tawa penonton pun tak dapat ditahan, semua terhibur. Hujan tak kunjung mereda hingga pertunjukan berakhir pukul 17.19 Wita. Acara itu ditutup dengan pertunjukan pamungkas yang penuh hikmah, tentang kelestarian alam. Pertunjukan yang menggabungkan seni tari tradisional dan modern ini diperankan oleh para remaja. Berbeda dengan pertunjukan-pertunjukan lain, yang ini terdapat pembaca narasinya.
Mereka menunjukkan kepada penonton tentang arti dari alam. Bersahabat dengan alam, tidak menebang pohon dan membakar hutan semena-mena, merawat tumbuhan sangat penting untuk diaplikasikan. Karma akan datang jika kita merusak alam. Sedikit menegang, atraksi dari pemain agak menantang. Dua orang yang disambung kakinya dengan tongkat sehingga terlihat sangat tinggi, berlenggang dengan santainya. Ada juga beberapa wanita yang digotong tinggi, mereka melakukannya dengan baik. Yang tidak kalah menegangkan adalah sang ratu yang menari pada ketinggian lebih dari dua meter. Seru pastinya, penasaran? tentunya..tenang, bagi yang penasaran bisa datang ke sini. Kesiman Progressive Festival masih ada hingga tanggal 28 Desember 2011. Jadwalnya bisa dilihat di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H