Pembelajaran berbasis Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) telah menjadi agenda strategis di berbagai negara, termasuk Malaysia.
Negara jiran tersebut telah menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan pendidikan STEM dengan integrasi kebijakan yang menyeluruh, mulai dari kurikulum hingga infrastruktur penunjangnya.
Keberhasilan Malaysia dalam menerapkan model pembelajaran ini tidak lepas dari beberapa faktor utama yang dapat menjadi bahan refleksi bagi Indonesia.
Salah satu faktor utama dalam keberhasilan STEM di Malaysia adalah dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten.
Pemerintah Malaysia telah menetapkan pendidikan STEM sebagai prioritas nasional, tercermin dalam Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025.
Dalam kebijakan tersebut, Malaysia tidak hanya mengadaptasi kurikulum berbasis STEM, tetapi juga mengalokasikan anggaran khusus untuk peningkatan fasilitas laboratorium, pengadaan peralatan teknologi modern, serta pelatihan bagi para pendidik.
Dukungan dari sektor industri juga menjadi faktor kunci.
Malaysia secara aktif melibatkan berbagai perusahaan teknologi dan industri manufaktur dalam pembelajaran STEM.
Kolaborasi ini diwujudkan dalam bentuk program magang bagi siswa, penyediaan beasiswa, serta pendirian pusat-pusat inovasi di sekolah-sekolah.
Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapatkan teori di dalam kelas, tetapi juga memiliki kesempatan untuk menerapkan ilmu yang mereka pelajari dalam lingkungan kerja nyata.
Selain itu, pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis proyek menjadi elemen penting dalam keberhasilan STEM di Malaysia.