Dunia game terus berkembang, dan salah satu tren yang sempat mencuri perhatian adalah Hamster Kombat. Sejak diluncurkan pada awal 2024, game berbasis Telegram ini menarik ratusan juta pemain dengan konsep tap-to-earn yang sederhana namun adiktif.
Dengan hanya mengetuk layar, pemain bisa mengumpulkan koin, meningkatkan level karakter, dan berpartisipasi dalam ekosistem berbasis kripto.
Kesuksesan besar Hamster Kombat bukan tanpa alasan. Integrasi dengan Telegram membuatnya mudah diakses tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan, sehingga siapa pun bisa langsung memainkannya.
Selain itu, daya tarik utama game ini adalah janji potensi keuntungan dari sistem token kripto yang diklaim bisa bernilai di masa depan.
Dengan semakin maraknya konsep play-to-earn, banyak orang tertarik untuk mencoba peruntungan mereka, berharap bahwa waktu yang mereka habiskan di dalam game bisa menghasilkan imbalan nyata.
Namun, di balik popularitasnya, Hamster Kombat juga menghadirkan sejumlah permasalahan yang perlu diperhatikan.
Tren game seperti ini sering kali mengalami siklus yang sama: euforia di awal, lonjakan jumlah pemain, lalu penurunan drastis setelah beberapa bulan.
Data menunjukkan bahwa setelah mencapai puncak dengan lebih dari 300 juta pemain, game ini mengalami penurunan hingga tersisa hanya sekitar 23 juta pengguna aktif.
Angka ini menunjukkan bahwa daya tarik awal tidak selalu bisa bertahan lama, terutama jika pengembang gagal menghadirkan inovasi baru atau jika kepercayaan pemain mulai menurun.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan popularitas Hamster Kombat adalah janji-janji yang belum terealisasi.
Sejak awal, game ini menjanjikan berbagai fitur menarik, termasuk integrasi lebih lanjut dengan ekosistem kripto dan kemungkinan penukaran token dengan nilai riil.