Lihat ke Halaman Asli

Tundung Memolo

Tentor dan Penulis Buku, dll

Mengintegrasikan STEM dan Koding dalam Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 27 Januari 2025   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan besar bagi pendidikan di Indonesia untuk bertransformasi, memberi kebebasan kepada guru dan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih kreatif dan fleksibel. 

Dalam konteks ini, mengintegrasikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) dan koding ke dalam kurikulum menjadi langkah strategis yang dapat memperkaya pengalaman belajar serta membekali siswa dengan keterampilan abad 21 yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia yang semakin digital dan berbasis teknologi. 

Namun, meskipun peluangnya besar, integrasi ini juga menghadirkan tantangan yang harus dihadapi dengan bijak.

Salah satu keuntungan terbesar dari Kurikulum Merdeka adalah penekanan pada pengembangan kompetensi siswa secara holistik, bukan hanya pada pencapaian akademik semata. 

Dengan prinsip ini, pendidikan STEM dapat dengan mudah disesuaikan, karena pembelajaran berbasis proyek dan pemecahan masalah adalah inti dari disiplin ini. Siswa tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga diajak untuk berkreasi, menemukan solusi, dan merancang inovasi. 

Dalam hal ini, koding, yang merupakan salah satu keterampilan paling penting dalam dunia digital, dapat diintegrasikan secara alami ke dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran matematika, siswa dapat menggunakan perangkat lunak pemrograman untuk memahami konsep-konsep matematika lebih dalam, atau dalam pelajaran sains, mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk eksperimen virtual dan simulasi.

Namun, mengintegrasikan STEM dan koding dalam Kurikulum Merdeka bukan tanpa hambatan. Salah satu hambatan utama yang dihadapi adalah kesiapan dan kapasitas guru. 

Meskipun sebagian besar guru di Indonesia sudah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tidak semua guru memiliki keterampilan teknologi yang memadai untuk mengajarkan STEM dan koding secara efektif. 

Sebagian besar guru mungkin belum terlatih untuk mengajarkan topik-topik ini, yang pada akhirnya dapat membatasi efektivitas implementasi dalam kelas. Selain itu, infrastruktur teknologi di banyak sekolah masih menjadi masalah, terutama di daerah-daerah terpencil yang kekurangan perangkat keras dan koneksi internet yang stabil.

Solusi untuk masalah ini dapat dimulai dengan investasi besar dalam pelatihan guru. Melalui program pelatihan yang terus-menerus dan berbasis teknologi, guru dapat diberikan pemahaman dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajarkan STEM dan koding. 

Tidak hanya itu, model pelatihan yang fleksibel dan terjangkau, seperti pelatihan daring atau blended learning, akan memudahkan akses bagi guru di daerah manapun. Pemerintah dan pihak terkait juga perlu bekerja sama dengan sektor swasta untuk menyediakan akses ke perangkat teknologi yang lebih terjangkau dan infrastruktur yang memadai di seluruh Indonesia, baik di kota besar maupun di daerah terpencil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline