Lihat ke Halaman Asli

TUN SAMUDRA

Laki-Laki

Antara Aku, Partai Golkar, dan Kedewasaan

Diperbarui: 22 Mei 2016   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpribadi/mimbar-rakyat.com"

Allah SWT Kasih saya pemikiran yang bagi saya adalah sangat sangat mesti saya sukuri. Saya tidak pernah membandingkan hidup saya dengan orang lain. Jika teman saya berhasil dalam karirnya, itu adalah hal yang telah ia tuai. Tentu ada proses panjang yang berbau penderitaan terlebih dahulu.

Sedang jika teman saya belum sukses, tidak perlu berprasangka apapun, cukup melihat diri sendiri, sehingga saya tidak harus membuang buang energy hanya untuk memikirkan teman yang belum sukses. Sekalipun definisi sukses itu multitafsir, namun dalam hal ini sukses yang dimaksud adalah sukses dalam karir.

Sebagai seorang manusia, ada kalanya kita ingin seperti orang lain, hal itu baik karena bisa menjadi motivasi, namun ada kalanya kita tidak senang melihat teman kita yang terlebih dahulu merasakan kesuksesan, sekali lagi sepertinya kita perlu intropeksi hati, barangkali kita mengidap suatu penyakit hati kronis.. Perlu disadari bahwa iri hati tidak akan membuat seseorang menjadi apa-apa, justru akan semakin menderita seiring dengan kesuksesan orang disekitarnya.

Saya hingga saat ini tidak pernah mendapatkan orang yang terus terang mengakui bahwa ia telah mempunyai penyakit hati dan ingin sembuh sehingga bisa merintis visi hidupnya. Karena terus terang dengan hati yang bersih akan menghasilkan prasangka baik serta pikiran yang jernih, itulah hal yang paling urgen dan strategis letaknya dalam proses merintis sebuah visi kehidupan.

Untuk Saya, Saya memang belum sukses, tapi bagi saya untuk sukses ada sesuatu yang harus di bayar mahal untuk menggapai kesuksesan, seperti pengorbanan, penderitaan lahir dan batin, serta di remehkan oleh orang disekitar kita maupun orang lain.

Tapi bagi saya, tidak mempedulikan semua itu adalah solusi untuk tetap melangkah kedepan. Menanggapi apalagi memikirkan, memasukan dalam hati hanya akan merugikan diri sendiri.

Saya tidak pernah berpikir sedikitpun jika kelak sukses adalah untuk menunjukan kepada orang yang telah meremehkan saya, saya tidak pernah peduli dengan orang-orang seperti itu, apalagi untuk sukses biar bisa menjadi bahan pameran kepada orang yang telah meremehkan saya. Itu sangat tidak penting, saya punya mimpi, tentunya Allah SWT tidak akan memberi kesuksesan seseorang manakala dia belum siap untuk menerimanya, karena yang terjadi adalah kesombongan. biasanya kehidupan seperti itu tidak akan berakhir Happy Ending.

Pernah nonton Sinetron,? Pemain antagonis akan selalu mendapatkan keberuntungan, kebahagiaan dalam hidupnya, sedang orang yang baik akan selalu menderita, namun ada saatnya keduanya akan berbanding terbalik, dimana si jahat itu akan menderita dan orang baik itu akan menuai kebahagiaan, tentu karena ketabahan, kesabaran, dan keyakinannya. D

Bagi saya, saya tidak tahu apakah saat ini saya seperti orang jahat atau orang baik, saya sendiri pun tidak berani menafsirkan diri saya apalali ke dalam hal-hal yang baik. Kebenaran yang sempurna hanya milik sang Khalik. Tapi paling tidak saat ini saya sedang dalam proses perjuangan untuk memperbaiki hati.

Karena Hati yang bersih akan melahirkan prasangka baik, prasangka yang baik akan mempengaruhi prilaku untuk menjadi lebih baik. Hingga pada waktunya pantun, berakit-rakit dahulu, berenang-ranang ketepian, bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian. Akan melekat di hati orang yang berprasangka baik.

Partai Golkar menuju Kedewasaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline