Lihat ke Halaman Asli

Apakah Ganjar Menggunakan Politik Identitas

Diperbarui: 14 September 2023   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto  : www.majeliskopi08.id 


Belakangan ini viral scene adegan video bacapres Ganjar Pranowo mengambil air wudu dilanjutkan salat di sebuah masjid. Adegan tersebut muncul di sebuah video klip azan stasiun televisi swasta. Setelah kemunculan video klip azan tersebut, muncul perdebatan panas di media sosial. Perdebatan tersebut berisi pertanyaan, apakah Ganjar melakukan politik identitas?

Menjawab pertanyaan netizen, PDIP langsung memberikan klarifikasi melalui Sekjend Hasto Kristiyanto. Scene video tersebut menurut Hasto bukan termasuk dalam kategori politik identitas. Hasto berdalih bahwa adegan tersebut merupakan bentuk ajakan Ganjar untuk beribadah.

Jawaban tersebut tidak memuaskan netizen. Banyak yang mengatakan bahwa Ganjar sedang menggunakan politik identitas untuk mencari dukungan terhadap dirinya. Lantas, benarkah Ganjar melakukan politik identitas? Apakah adegan wudu dan salat dalam sebuah tayangan azan termasuk dalam kategori politik identitas?

Ada baiknya, kita mencari referensi mengenai politik identitas dari sudut pandang akademisi. Tujuannya agar bisa melihat sesuatu secara lebih jernih. Sebab, bila hanya melihat dari perdebatan di media sosial, terkadang istilah yang digunakan cenderung tendensius dan dipilih sesuai dengan keuntungan masing-masing pihak.

Menurut Harold D. Lasswell, politik identitas bisa dimaknai sebagai strategi dan kontenstasi ikatan simbol kultural primordial (agama, kesukuan, ras, kelompok) dalam memperjuangkan siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana. Hal tersebut dituliskan Lasswell dalam buku Politics: Who Gets What, When, and How.

Berdasar kriteria di atas, apakah layak bila adegan Ganjar dalam video azan disebut sebagai politik identitas? Munculnya Ganjar dalam tayangan azan tersebut tentu saja merupakan sebuah strategi pemenangan atau setidaknya untuk meningkatkan popularitas. Adegan tersebut tentu saja sesuatu yang didesain dan disengaja.

Penggunaan simbol kultural primordial, dalam hal ini agama Islam, juga dilakukan Ganjar. Apakah hal ini satu bentuk perjuangan untuk seseorang? Sudah pasti iya, yaitu untuk Ganjar. Melihat kriteria-kriteria di atas, tentu saja sudah layak apa yang dilakukan Ganjar tersebut masuk dalam kategori politik identitas.

Melihat fakta di atas, seharusnya PDIP tak perlu menyanggah bahwa Ganjar sedang menjalankan politik identitas. Sebaiknya PDIP dan juga influencer/buzzer-nya juga tak perlu alergi terhadap istilah politik identitas. Sebab, penggunaan identitas memang tak mungkin dilepaskan dalam perhelatan politik.

Ada hal yang lebih penting yang perlu diperhatikan dari tayangan tersebut. Apakah konten tersebut melanggar aturan dalam pemilu maupun penyiaran? Apakah tayangan video Ganjar tersebut bisa disebut sebagai sebagai mencuri start? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab.

Saat ini Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Penyiaran Indonesia sedang melakukan kajian apakah konten yang berisi adengan Ganjar Pranowo wudu dan salat tersebut melanggar aturan atau tidak. Semoga KPI dan Bawaslu bisa bertindak objektif dalam memutuskan kasus ini agar jadi pembelajaran bagi semua pihak.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline