Lihat ke Halaman Asli

Menikmati Wisata Tana Toraja yang Mendunia (Bag. 1)

Diperbarui: 5 Mei 2017   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumentasi Pribadi"][/caption]

Hai sobat Kompasioner, kali ini saya akan bercerita mengenai pengalaman saya jalan-jalan di "Tana Toraja yang Mendunia". Kenapa saya katakan mendunia? Ya, saya rasa julukan ini layak diberikan ke salah satu daerah yang masih memegang erat budaya nenek moyang ini.

Perjalanan saya dimulai dari Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Apabila sobat melihat dari aplikasi Waze, maka akan menempuh jarak kurang lebih 4 jam dengan estimasi jarak sekitar 143 Km.

[caption caption="Sumber : Waze"]

[/caption]

Saya awalnya ingin mencari bus saja, atau travel pribadi untuk pergo ke Tana Toraja, namun karena merasa kalau pengalaman yang saya dapat akan biasa-biasa saja, maka saya memutuskan untuk berangkat menaiki kendaraan bermotor. Saya memulai perjalanan di sore hari, di hari Minggu, tepatnya jam 4 sore. Bagi sobat kompasioner yang berencana pergi jalan-jalan ke Tana Toraja, tidak disarankan menaiki kendaraan bermotor seperti saya, apalagi selain jarak tempuh yang jauh, juga melewati hutan/jalanan yang tidak ada rumah-rumah penduduk di sepanjang mata memandang. Terlebih jika jalan malam, maka harus ekstra hati-hati.

Untuk jalan sendiri sudah lumayan bagus. Jalan poros dari Kota Pare-Pare sampai Kabupaten Sidrap cukup nyaman, meski ada beberapa titik yang jalannya bergelombang.

Jalanan yang jelek dan rusak itu banyak saya temukan di jalan poros Enrekang menuju Makale, Tana Toraja. Saya musti ekstra hati-hati pada saat itu, terlebih saat malam sudah menampakkan angkuhnya. Sepanjang jalanan, hutan yang saya temui begitu gelap dan agak horor sehingga sepanjang jalan saya selalu was-was kalau-kalau bertemu kuntilanak (he..he..he..). Jadi setelah melewati jalan yang panjang, sampailah saya di Tana Toraja, lebih 2 jam dari estimasi aplikasi Waze yaitu sekitar 6 jam.

Sebagai traveller yang low budget saya memutuskan untuk menginap di Pom Bensin. Nah, hal nekat ini juga tidak saya sarankan bagi sobat kompasioner, terutama yang low budget seperti saya, karena faktor keamanan juga harus jadi perhatian utama. Kalau saya sudah selamat. Saya hanya tidak ingin kalau ketika sobat kompasioner meniru saya untuk tidur di Pom Bensin, lalu apes, saya tidak mau disalahkan (he..he..hee). Namun, apabila mau mencoba, ya itu hak sobat kompasioner.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline