Lihat ke Halaman Asli

Tentang Sebuah Perasaan

Diperbarui: 12 Desember 2016   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisuda tahun 2014

Apakah kau ingat dengan foto ini? Ah, agaknya ini menjadi foto pertama kita waktu itu. Kalau saja tidak tertera tanggal pengambilan foto pada gambar ini, pastilah aku tidak ingat kapan pertama kali kita berfoto. Waktu itu kau agak malu-malu menggandengku, yang kemudian pernah kau katakan bahwa kau menyesal kenapa saat itu kau tidak menggandengku. Sebetulnya aku tidak mempermasalahkan itu. Dan sebenqrnya juga, tidak ada yang terlalu istimewa dari foto ini. Namun, selain ini foto pertama kita, apakah kau tau, foto ini sangat berkesan. Kalau saja aku tidak bertemu denganmu waktu itu, mungkin foto ini tidak akan pernah ada. 

Apakah kau ingat saat pertama kali kisah kita dimulai? Mudah-mudahan kau tidak lupa kapan pertama kali kita mengikat janji untuk bersama suka dan duka. Tanggal 29 Oktober 2013. Itulah tanggal jadian kita (bahasanya orang kekinian..hehe).

Masih ingatkah kau saat-saat sulit yang kita lewati, tidak, yang kau lewati maksudnya, maaf sedikit kukoreksi. Baik akan kuulangi. Masih ingatkah kau saat-saat sulit bersamaku ketika kita bersama lebih tiga tahun yang lalu. 

Ya, menurutku cukup sulit, karena kau berani menerima lelaki sepertiku. Tak sedikit mulut yang menghasutmu waktu itu untuk tidak menerimaku apa adanya. Saat itu kau berani menerima hati seorang lelaki yang bahkan kuliahnya terseok-seok. Awal kita bersama, acap kali aku membohongimu. Aku berkata bahwa sedang menunggu dosen di kampus, dan kau percaya. Meskipun akhirnya aku tau bahwa kau saat itu hanya berpura-pura percaya. Kau bahkan lebih dulu menungguku di depan pintu ruangan dosen, padahal saat itu aku sedang membohongimu.

Ada lagi yang sedikit menggelitik perasaanku, saat kau enggan untuk datang ke seminar proposaku waktu itu. Memang pada saat itu kau kuliah. Kucoba merayumu namun kau tetap tidak datang. Saat itu aku sedikit kesal, karena seminar itu juga kuersembahkan untukmu, wanita yang selalu disampingku melewati masa-masa sulit. Saat itu aku berharap kau datang, karena saat melihat senyummu yang teduh, separuh takutku lenyap.
Dan selanjutnya, jatuh bangun aku mengerjakan skripsi, dan ketika aku jatuh, tanganmu menghampiriku dan membantuku berdiri. Kau merasakan sakitku waktu itu. Ketika hatiku patah, kau mempwrbaikinya. 

Ketika aku jenuh, kau hidupkan suasana. Sampai pada akhirnya aku akhirnya bisa Sidang Skripsi. Apakah kau ingat, saat aku sidang kau juga tidak datang. Kau ibarat malaikat yang enggan menunjukkan sayapnya yang indah. Kau seperti enggan menerima pujian dan ucapan terimakasih. Ketahuilah pada saat itu aku juga merasa kehilangan, karena saat itu aku hampir saja jatuh, dan aku tak bisa melihat senyummu yang meneduhkan.

Ya, begitulah akhirnya foto ini tercipta. Memang difoto ini kita masih canggung untuk berlaku mesra, terutama kau, masih enggan menggandengku. Alasanmu meneduhkan kekesalanku waktu itu, bahwa kau mengormati orang tuaku, itu kenapa kau enggan menggandengku.

Hei kau wanita yang kupuja, bolehkah aku melanjutkan ceritaku??

Aku mengagumimu, sangat mengagumimu. Kau mrmiliki hati yang kuat, hati yang perkasa, hati yang mulia.

Berkali-kali aku menyakitimu, mengusirmu dari hidupmu, menghancurkan smangatmu, dan meremukkan jiwamu, namun kau tetap berdiri di sampingku. Kau berkali-kali berucap kata sayang ke telingaku, dan berkali kali pula kau membuktikan semuanya.

Banyak sekali kisah yang kita lalui bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline