Menurut A. Carr (dalam Aulia dkk, 2017), kebahagiaan adalah kondisi psikologi dalam bentuk positif yang di tandai dengan keputusan terhadap masa lalu, emosi positif yang tinggi, dan rendahnya tingkat emosi negatif. kebahagiaan merupakan keadaan yang di mana individu berada pada lingkungan positif ( perasaan positif) dan mencapai suatu kebahagiaan autentik
Kebahagian merupakan istilah yang sulit untuk didefinisikan, terlebih lagi bila dijelaskan secara fisik. Apa yang dipahami oleh para tokoh perihal kebahagiaan sering kali berbeda terkait dengan perbedaan keadaan diri, kebutuhan atau perkembangannya. Kebahagiaan hampir sama kasusnya seperti kebenaran, dimana hasilnya selalu relatif. Menurut Seligmen (dalam Aulia dkk 2017), menjelaskan bahwa kebahagian adalah konsep yang mengacu pada energi positif yang dirasakan oleh suatu individu serta kegiatan positif yang tidak memiliki unsur perasaan sama sekali. Seligmen mengungkapkan bahwa individu dapat dikatakan mendapatkan kebahagiaan yang sejati ketika individu tersebut dapat mengidentifikasi serta mengasah kekuatan dasar yang dimilikinya dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kebahagiaan merupakan salah satu perkembangan yang baru pada bidang ekonomi. Menurut Frey dalam Gde bagus Brahma Putra (2019), menjelaskan bahwa kebahagiaan menjadi salah satu masalah serta kebutuhan yang penting dalam kehidupan. Pencapaian kebahagiaan menjadi determinan yang penting dalam perilaku manusia. Oleh karena itu, perlunya ilmu ekonomi berbicara banyak perihal kebahagiaan suatu individu.
Menurut (Bagus Brahma Putra and Sudibia 2018), gagasan bahwa kebahagiaan merupakan pusat dari kehidupan telah ada sejak zaman dahulu. Buah pikiran tersebut datang dari filsuf Yunani Aristippus pada abad ke-4 SM berpendapat bahwa tujuan hidup adalah untuk memaksimalkan totalitas kesenangan seseorang. Sejak saat itu, kebahagian menjadi konsep yang diperdebatkan dalam bidang psikologi dan lebih dari itu kebahagiaan juga mulai bergerak masuk ke ranah ilmu politik dan ilmu ekonomi. Jika mengoptimalkan kebahagiaan merupakan poin dalam kehidupan seseorang, sudah seharusnya sistem pemerintahan dan ekonomi perlu memaksimalkan kebahagian masyarakat secara agregat. Kondisi tersebut merupakan bentuk murni dari doktrin utilitarianisme yang diperkenalkan oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832).
Al-Qur’an di dalamnya terdapat berbagai macam petunjuk baik yang berkaitan dengan teologi, hukum, sosial, bahkan yang bersifat pribadi (psikis), salah satunya adalah tentang {(kebahagiaan). Dalam petunjuk-petunjuk al-Qur’an itu merupakan problem solving bagi berbagai permasalahan kehidupan manusia, salah satunyaproblem solvingdalam masalah kebahagiaan manusia khususnya umat Islam. Agar kebahagiaan dapat dicapai oleh manusia maka dalam tulisan ini akan dibahas konsep kebahagiaan perspektif psikologi dan al-Qur’an serta korelasi antara keduanya .Konsep Kebahagiaan Perspektif Psikologi Lazarus mendefinisikan kebahagian dengan sangat menarik, yaitu sebagai cara membuat langkah-langkah progres yang masuk akal untuk merealisasikan suatu tujuan. Dengan definisi tersebut di atas maka manusia dituntut untuk lebih proaktif dalam mencari dan memperoleh kebahagiaan. Definisi yang dikemukakan oleh Lazarus tersebut menempatkan kebahagiaan yang selama ini dipandang sebagai aspek afektif belaka untuk masuk dan berada dalam ruang logika dan kognitif manusia sehingga dapat direalisasikan dengan langkah yang jelas. Secara lebih lanjut, Lazarus juga mengatakan bahwa kebahagiaan mewakili suatu bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan. Dalam hal ini, manusia bisa saja bahagia sendiri dan bahagia untuk dirinya sendiri, tetapi di sisi lain ia juga bisa bahagia karena orang lain dan untuk orang lain. Hal ini sekaligus memberikan kenyataan lain bahwa kebahagiaan tidak bersifat egoistis melainkan dapat dibagi kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Siapa yang tidak ingin bahagia? Richards pernah melakukan penelitian dimana tujuan hidup tertinggi yang diinginkan manusia adalah menjadi kaya dan bahagia. Tentu saja hal tersebut banyak benarnya. Kebahagiaan memiliki sumbangsih yang besar agar hidup terasa lebih bermakna. Kaya dan memiliki banyak uang tentu masalah lain karena menjadi kaya belum tentu merasa bahagia. R.E. Franken, Human Motivation, (Belmont: Wadsworth), (2002) Psychology and Personal Growth, (Boston: Allyn and Bacon,
Kebahagiaan sesungguhnya merupakan hasil penilaian terhadap diri dan hidup yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan.Seligman mengatakan ada tiga cara untuk bahagia: Pertama, Have a Pleasant Life (Life of Enjoyment): Memiliki hidup yang menyenangkan, mendapatkan kenikmatan sebanyak mungkin. Hal ini mungkin cara yang ditempuh oleh kaum hedonis. Tapi pada takaran yang pas, cara ini bisa sangat membahagiakan. Kedua, Have a Good Life (Life of Engagement): Dalam bahasa Aristoteles disebut eudaimonia. Terlibat dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yang positif hingga timbul perasaan flow (focused, concentrated). Merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan-akan waktu berhenti bergerak, bahkan sampai tidak merasakan apapun, karena sangat menikmati kegiatan itu. Fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan Seligman, Mihaly Csikzentmihalyi. Ketiga, Have A Meaningfull Life (Life of Contribution): Memiliki semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau makhluk lain. Menjadi bagian dari organisasi atau kelompok, tradisi atau gerakan tertentu. Merasa hidup memiliki makna yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding diri kita sendiri.Tiga hal inilah yg menjadi fokus kajian positive psycology yaitu bagaimana memiliki hidup yang bermakna, pekerjaan yang membuat flow(focused, concentrated) 5Martin Seligman, Authentic Happines: Using The New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfi Ilment,Terj. Eva Yulia Nukman, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2005), dan aktivitas yang dinikmati. Dalam istilah peloporpositive psychologydi Monash University, Dianne A Vella-Brodrick: Bake a Cake (life of engagement = flow), Eat a Cake (life of enjoyment) or Give a Cake (life of contribution). untuk mendapatkan kebahagiaan seseorang harus memulai langkah awal dengan sesuatu yang dinamakan cinta. Berilah cinta, karena cinta adalah suatu bentuk penghargaan yang memperkuat intensitas hubungan sosial dengan sahabat, keluarga, pasangan dan bahkan teman kerja sehingga akan mempermudah mendapatkan kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H