Lihat ke Halaman Asli

Senja yang Tak Tergapai

Diperbarui: 10 Agustus 2023   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Sejujurnya harus kuakui, soal perasaan itu memang ada, but its too complicated for you

Sore itu, cuaca mendung menemani Linggom membersihkan vespa kesayangannya untuk persiapan malam mingguan yang tujuannya entah kemana. Sembari membersihkan vespa, music reggae selalu setia menemani telinga Linggom yang memang sengaja diputarnya saat membersihkan vespanya. Saat tangan Linggom masi berdandan dengan oli kotor vespanya, tiba-tiba lantunan music reggae berubah jadi nada panggilan telepon yang dengan seketika Linggom menjawab panggilan itu. Maklum,Linggom terbilang jarang untuk menerima telepon dari siapapun, karena memang sehari-harinya dia lebih menikmati kesendirian dengan alasannya yang klasik bahwa dengan sepi kita dapat mengerti arti dari kesetiaan.

"haloooo bg? Apa cerita" sahut Linggom dengan logat medan nya.

"nanti malam kemana bang gom?"

"kosong bang, kemana kita bang Daniel? Tanya Linggom, sambil mencabut carger hp nya

"cocoklah itu bang, nanti sekalian jalan-jalan kita bang, kawani dulu aku jemput si Mei ya bang "pinta Daniel dengan nada memohon dan sedikit tertawa. Yang pada saat itu Daniel dan Mei ternyata lagi dekat atau pdkt-anlah istilah Gen Z dan Generasi Milenial

Tanpa berpikir panjang Linggom langsung menyetujui tawaran Daniel tadi. Pikir-pikir dikos juga tidak ada kegiatan apa-apa gumam Linggom.

"ok bang, bungkus" sambar Linggom.

Tepat pada tenga delapan malam, Linggom bergerak menemui Daniel dan Akbar yang sudah menunggu di SPBU Simpang Pemda. Dengan segera Linggom pun mengisi bahan bakar (minyak)  vespanya dan kemudian mereka bergerak bersama menuju tempat Mei berada. Sambil menikmati kemacetan kota Medan dimalam minggu, Linggom, Daniel dan Akbar saling mendahului membawa vespanya masing-masing karena memang ketiganya adalah pecinta kuda besi tua yang terbilang unik dan sedikit merepotkan bagi sebagaian orang yang tidak memahami arti dari ber-vespa.

Linggom yang sejak awal tidak tahu arah tujuan kemana mencoba memecah kebisingan dan kemacetan lampu merah Johor.

" kita jemput kemana Bar?" panggilan akrab untuk Akbar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline