Lihat ke Halaman Asli

Terimakasih, Inul!

Diperbarui: 27 Maret 2017   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Artis yang terkenal dengan goyang ngebornya, Inul Daratista, baru-baru ini menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sosok ulama orang yang ia sebut pakai sorban dan mojok main skype sek dengan seorang perempuan. Entah siapa yang sebenarnya ia maksud dengan sosok bersorban itu. Yang jelas, dapat dipastikan ia sedang menyindir oknum ulama yang ia nilai telah melanggar norma-nomra agama sehingga ia tak pantas dijadikan panutan.

Beberapa hari lalu memang ada berita terkait oknum ulama yang melakukan chat seks dengan seorang perempuan. Entah berita itu asli atau hoax. Yang jelas, saya tak mengetahui apakah sosok yang disebutkan Inul itu ada atau hanya fiktif.

Pernyataan yang dilontarkan artis dari Jawa Timur itu menuai banyak protes dari berbagai kalangan. Ada yang menyatakan bahwa Inul telah mengina ulama sehingga ia layak untuk diprotes atau diboikot. Ini saya lihat dari status beberapa teman media sosial Facebook.

Di awal saya jelaskan bahwa berita tentang adanya chat seks itu masih simpang siur kebenarannya. Jadi, jika ada orang tersinggung dengan pernyataan Inul, berati secara otomatis ia mengakui bahwa oknum ulama itu melakukan pelanggaran itu benar-benar ada. Jurtru inilah yang menjadi jebakannya, meskipun tak disengaja bagi Inul. Inul tak menjelaskan siapa oknum ulama yang ia maksud, namun banyak orang yang kebakaran jenggot.

Kalau memang orang-orang itu tak mengakui bahwa sosok ulama yang ia hormati itu tak pernah melakukan pelanggaran, maka tak pernlu ia menggugat dan memprotes Inul. Yang perlu ia lakukan ialah menyatakan bahwa Inul telah berbicara tanpa bukti. Atau bahasa kasarnya, Inul ngaco. Atau harusnya ia diam saja karena memang tak oknum ulama yang melakukan pelanggaran.

Dan jikapun sosok ulama bersorban yang dimaksud Inul itu benar-benar ada, maka ini juga pantas kita sesalkan. Mengapa sosok ulama yang seharusnya menjadi panutan umat justru melakukan pelanggaran, yang dengan ini bisa merusak wibawa sosok tersebut dan mengurangi kepercayaan masyarakat kepadanya.

Juga, kita harusnya berterima kasih kepada Inul. Jika memang ada sosok ulama itu, Inul tak salah juga mengatakan hal itu. Ia hanya menyatakan fakta yang telah diamini oleh banyak orang. Sebelum Inul, pasti banyak media yang telah memberitakannya. Media-media inilah yang harusnya sejak awal diprotes. Sekali lagi, jika memang ada sosok ulama yang telah melakukan pelanggran. Namun yang harus kita akui bahwa suatu media yang kredibel akan melakukan penelusuran ke lapangan sebelum memberitakan. Lain halnya dengan media abal-abal.

Kita harus bertimakasih kepadanya karena telah mengingatkan kepada kita bahwa tidak sepatutnya ulama melakukan hal seperti itu.

Jika ada orang yang menghujat dan menggugat Inul lantaran ia telah menghina ulama atau berkata kotor, justru kita harus mengaca kepada kenyataan di lapangan, apakah saat ini memang ada ulama yang sering melontarkan kalimat-kalimat provokatif dan kotor ketika bicara di depan pulik? Kalau memang ada, seharusnya ini juga harus menjadi bahan evaluasi kita.

Mari belajar dan berterimakasih kepada Inul!.

Jakarta Selatan, 27 Maret 2017

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline