Lihat ke Halaman Asli

tukiman tarunasayoga

Pengamat Kemasyarakatan

Selamat Datang 2021: Adol Aweh, Tuku Arep

Diperbarui: 30 Desember 2020   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selamat Datang 2021:

Adol Aweh, Tuku Arep

 

JC Tukiman Tarunasayoga

Memang nama resminya Covid-19 (angka 19 menjadi penanda bahwa wabah itu telah meledak sejak 2019), namun semua pihak pasti sepakat bahwa tahun 2020 adalah tahun pandemi Corona yang benar-benar menguji mental bangsa dan masyarakat Indonesia,  baik secara orang perorangan, kelompok, masyarakat luas, maupun (terutama)  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Luarbiasa "hajaran" Covid 19 ini berikut dampak yang ditimbulkannya. Selama tahun 2020, terbukti: (a)  siapa nglokro, dia semakin loyo  (b) "Siapa bernyali, dia unjuk gigi;"  dan (c) "siapa berani bangkit, dia pasti tidak (akan) sakit."

Memang kita masih  berada dalam "hajaran" Covid 19, namun berdasarkan tiga bukti di atas,  kita perlu menyongsong 2021 dengan semangat baru, ialah: "Adol aweh, tuku arep."  Menghadapi Covid 19 di tahun 2020, salah satu sikap-diri paling dominan muncul ialah perasaan was-was, takut, bahkan sejumlah pihak paranoid; sehingga anjuran atau bahkan aturan WfH (kerja dari rumah) menjadi alasan utama bagi sejumlah pihak untuk tidak banyak berbuat karena was-was dan takut tadi. 

Di satu sisi wajarlah tumbuh rasa was-was dan takut karena memang "hajaran" Covid 19 benar-benar nggegirisi (menakutkan); namun di sisi lain, -dan tahun 2021 inilah saatnya- , kita harus punya semangat baru untuk keluar dari rasa was-was, takut, atau pun paranoid itu.

Adol aweh, tuku arep, -sekali lagi- , inilah semangat baru yang kita perlukan bersama di tahun 2021. Bacalah aweh seperti Anda mengatakan "Dia ini orang saleh," dan arti aweh sendiri ialah boleh, atau mau, tetapi juga sering berarti memberi. Jadi, adol aweh, tuku arep, arti lurusnya ialah mau berjualan silahkan, mau membeli pun, juga dipersilahkan. Jual dan beli. Adapun makna idiom "adol aweh, tuku arep" ialah dodolan kanthi murah, berjualan secara murah. "Ayo ...... ayo .......dipilih......dipilih." Obralkah? Kira-kira seperti itu.

Mengapa justru harus "adol aweh, tuku arep" di tahun 2021 ini? Mari kita merefleksi apa yang terjadi selama 2020, yakni yang was-was justru semakin takut karena segalanya "dibuat mahal." Masih ingat, bukan: Orang yang terkena Covid 19 dirahasiakan, bahkan kalau ada warga masyarakat yang terkena, dia "dikucilkan." 

Saking takutnya, ada penderita yang tidak boleh pulang oleh tetangganya/warga padahal pulang ke rumahnya sendiri. Sejumlah kasus muncul, misalnya penolakan warga jika makam umum di kampungnya dipakai untuk memakamkan penderita Covid 19 padahal orang yang meninggal itu  warga setempat. Kasus ekstrim pernah terjadi, warga ramai-ramai "mencuri" jenazah penderita agar dapat dimakamkan tidak dengan tatacara pemulasaraan pasien Covid 19.

Intinya, kemarin-kemarin informasi serba tertutup, ditutup-tutupi, atau "dialihkan perhatiannya," dan semua itu terjadi dengan alasan "melindungi warga jangan sampai tertular." Tiba saatnya kini justru harus dibuka semua informasi terkait Covid 19, dan semakin orang mengetahuinya, selayaknyalah orang semakin mampu mengambil posisi diri dan keputusan diri sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline