Lihat ke Halaman Asli

tukiman tarunasayoga

Pengamat Kemasyarakatan

Bernalar Kritis Vs Pola Asuh Berdamai (2)

Diperbarui: 20 Desember 2020   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bernalar Kritis  Vs Pola Asuh Berdamai  (2)

JC Tukiman Taruna

 

Pola Asuh Berdamai

Dominasi guru dan orangtua terhadap siswa/anaknya di masa pandemi ini, idealnya bergeser ke kompromi; dan apabila kompromi semakin berkembang dalam diri guru dan orangtua, maka sikap berdamailah yang akan menjadi model pola asuh baru. 

Mengapa kompromi dapat menghasilkan pola asuh berdamai? Ketika guru dan/atau orangtua sangat dominan, siswa/anak berada di bawah bayang-bayang "kekuasaan" guru dan orangtua.

Bila dominasi semacam itu tidak segera diakhiri dengan cara mengembangkan sikap kompromi oleh guru dan orangtua, anak-anak akan  kehilangan secara permanen sekurangnya tiga hal utama, yaitu kreativitas, rasa percaya diri, dan sikap jujur karena sering harus berbohong (Leila Ch Budiman. 2000).

Oleh karena itu, wahai para guru dan orangtua, segeralah ambil sikap kompromi terhadap kondisi apa saja agar Anda semakin belajar menerapkan pola asuh berdamai (berdamai dengan anak, dengan keadaan, dan dengan hasilnya)

Leila Budiman menjelaskan bahwa satu-satunya cara meningkatkan kreativitas anak ialah memberikan kesempatan untuk berkreasi (hal. 22) antara lain dengan diberikan peralatan, cara, dan waktu serta wahana yang mempunyai banyak kemungkinan untuk dikembangkan sendiri oleh anak. 

Jika hal itu dikembangkan oleh orangtua, berarti kepada anak-anak diberikan lahan subur untuk menumbuhkan daya pikir, kreativitas, dan gairah belajar di rumah. 

Mengapa anak mudah terjangkit rasa kurang PD (percaya diri)? Sikap "dominance" guru dan orangtua itu  ibaratnya "memasung anak" (hal 54), karena guru atau orangtua mengambil-alih kemampuan atau potensi yang dimiliki anak dengan cara membiarkan anak tidak berbuat apa pun karena segala sesuatunya di-suplai semata oleh guru atau orangtua. Akibatnya, dalam diri anak tidak ada rasa percaya diri bahwa dia mampu untuk melakukan banyak hal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline