Lihat ke Halaman Asli

Bertahun kemudian

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14136827581881242038

Sebuah video time-lapse tertampil pada sebidang layar tipis. Mempertontonkan siang dan malam yang berganti begitu cepat. Melipat waktu, menunjukkan cara alam bekerja menumbuhkan batang, ranting, daun, dan bunga baru dari bulir kecil yang tertanam.

Aku berada dalam lamunan, mencoba mengingat banyak potongan peristiwa dalam suatu rentang waktu. Kadang potongan itu berdurasi sangat panjang, lengkap dengan detil tiap satuan kata yang terucap, namun kebanyakan hanya berupa kilasan wajah, suasana, dan suara yang saling tindih, berebut masuk dalam time frame yang begitu pendek. Seolah menjadi pengelana waktu, Aku maju mundur melompat dan mencari apa yang tersisa dari bilangan-bilangan tahun yang telah terlewat.

Terus melompat. Mencoba mengerti makna relativitas sambil mengurai makna takdir.

Hari ini adalah bertahun kemudian dari detik pertama aku dilahirkan Ibu. Ini adalah bertahun kemudian dari pagi-pagi cerah saat aku digendong di pundak Ayah. Dan bertahun kemudian dari suatu jamuan makan siang yang asing di pojok sebuah gazebo.

Waktu berlalu begitu cepat. Orang-orang asing telah diubah menjadi sahabat lewat kebersamaan menjalankan peran dalam sebuah adegan kehidupan, entah yang diingat maupun yang dilupakan. Sebuah proses panjang yang mungkin tidak nampak bila dijabarkan dalam rentang waktu yang pendek. Berproses, berjalan bersama dalam kemegahan maupun kegetiran yang menumbuhkan, membentuk, bahkan melahirkan kebaruan pada masing-masing jiwa.

Mungkin aku hadir sebagai sengsara dalam hidupnya. Tapi bisa jadi aku adalah pemanis pada banyak peristiwa hidupmu. Aku tidak tahu, karena yang bisa jelas terlihat adalah apa yang kualami dan kupikirkan dari sudut pandangku. Pada masa itu.

Perlu berubah menjadi sosok yang lebih liar, pemegang remote yang keluar dari waktu untuk melihat diri sendiri dalam sudut yang lebih luas dan lebih tinggi. Merenungi masa yang terlewat. Mungkin dengan pause dan rewind berkali-kali, atau hanya dilihat sebagai kilasan-kilasan cepat. Mengakumulasikan potongan-potongan kecil bertahun lalu menjadi sebuah proses utuh yang menjelma dalam wujud masa kini.

Akan ada penyesalan  Sesaat, jebakan alam pengandaian pasti akan membius begitu kuat. Namun, kegagalan mewujudkan bermacam skenario “andai” itulah yang kini menyatu dalam diri dalam bentuk kedewasaan. Yang terus berbisik, memaksa untuk terus menumbuhkan ranting-ranting baru.

*****

Bertahun lalu, aku, kamu, dia, adalah bulir yang tertanam

Kita sama-sama tersiram

Sama-sama diberi ruang untuk tumbuh

Mungkin tanahmu lebih gembur

Atau justru batu cadas yang kau injak

Mungkin juga dia akrab hujan

Bisa jadi malah sudah lelah dengan kekeringan

Namun sinar mentari adil kita terima

Waktu juga seimbang membagi terang dan gelap

Hari ini, bertahun kemudian

Aku yakin

Kita telah sama-sama tumbuh

****

14136828501049837538

Dari pandangmu, mungkin juga pandangnya, kebersamaan selama ini bisa jadi hanya tercatat sebagai adegan yang cukup diingat sekilas. Namun dari mataku, apa yang sudah dilalui bersama merupakan detik-detik penting yang akan sering di-pause dan di-rewind dalam usahaku merangkai potongan gambar kehidupan yang lebih besar. Memang ada beberapa “seandainya” yang bila itu terjadi, apa yang ada sekarang bisa jadi akan lebih baik.

Kehidupan adalah keterkaitan. Antara ruang dan waktu, antara bertahun lalu, kini, dan bertahun kemudian. Satu adegan pada suatu masa bukan untuk dipahami secara parsial. Karena pasti hal itu terbentuk dari masa lalu yang akan membentuk masa depan.

Time lapse kehidupan sedang diputar dalam benakku. Memunculkan banyak fase yang sudah kualami dalam kilasan-kilasan yang semakin riuh berebut jatah tampil.

Aku berharap, masih banyak lagi adegan-adegan yang akan kita lalui bersama. Yang akan aku ingat jelas dan selalu muncul dalam kelebat memori ketika menyusun time lapse lagi, bertahun kemudian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline