Lihat ke Halaman Asli

Gian Darma

wiraswasta

Bertenggang Rasalah

Diperbarui: 8 April 2023   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tirto.id

Sebagian dari kita mungkin tahu gereja Yasmin. Gereja yang terletak di sebuha perumahan kelas menengah di Bogor itu telah lama tidak diperkenankan untuk beribadah selayaknya umat beragama. Akhirnya mereka melakukan peribadatan di depan istana negara sebagai bentuk protes.

Begitu juga dengan adanya penutupan patung bunda maria di sebuah rumah doa di kulon progo baru-baru ini. Meski diklaim bahwa penutupan dengan terpal itu dilakukan oleh pemiliknya sendiri. Namun peroslan itu sama sekali jauh dari kata toleransi.

Dua contoh kejadian yng punya rentang waktu cukup lama ini sebenarnya adalah bentuk paling transparan soal intoleransi. Meski pada kasus gereja Yasmin, beberapa pihak yang tidak menyetujui adanya gereja di wilayah itu berlindung dengan SKB tiga Menteri soal pendirian rumah ibadat, namun pada makna sederhananya adalah intoleransi.

Intoleransi adalah tidak adanya tenggang rasa. Intoleransi adalah lawan kata dari toleransi yang merupakan sikap saling menghargai tanpa membedakan gender, suku,agama, ras, budaya, kemampuan, ataupun penampilan.

Intoleransi sering melahirkan rasa jumawa terhadap pihak lain yng mungkin lebih kecil atau sering kita bilang sebagai minoritas. Rasa juwamawa yang berakar dari ketiadaan tenggang rasa akhirnya melahirkan pandangan atau bahkan kebijakan yang cenderung memihak.

Kasus gereja Yasmin, ditutupnya patung umat lain adalah contoh dimana tidak adanya keberpihakan pada kaum yang lebih kecil / minoritas. Sehingga hal kecil menjadi sulit terpecahkan.

Saya kira ini bukan persoalan sentimen kebertuhanan semata. Di balik kecurigaan terhadap umat Kristen di Indonesia, ada problem struktural bahkan mungkin juga kultural.

Karena itu, hal-hal sepeti ini hendaknya kitabisa memperbaiki bersama. Atau paling tidak bisa berpandangan netral dan adil terhadap semua pihak. Buang jauh-jauh perasaan jumawa yang mungkin kita miliki sebagai mayoritas. Dengan netral kitabisa melihat sesuatu dengan lebih baik, bagi kita dan bagi oran lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline