Lihat ke Halaman Asli

Gian Darma

wiraswasta

Jangan Terpana pada Impian Kosong

Diperbarui: 26 November 2022   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Sebuah media ternama Inggris pernah mewawancarai seorangremaja putri asal Indonesia, anak pasangan simpatisan ISIS di Suriah pasca ISIS kalah dan terusir dari Suriah. Nana -- sebut saja remaja putri itu adalah seorang yang pintar di sekolahnya. Bercita-cita menjadi dokter demi masa depannya.

Pada suatu kali ayahnya mengatakan bahwa dia bisa melanjutkan cita-cita itu di negara Syam -negara yang amat dekat dengan dunia Nabi Muhammmad zaman dahulu. Syam- (atau Suriah)  digambarkan akan menjadi negara yang amat mirip dengan zaman nabi Muhammad yang berbentuk khalifah. Syam -- melalui perjuangan bersama termasuk ayahnya akan berperang untuk Syam- Kekhalifahan akan terbentuk dan mereka akan sejahtera, dan hidup sesuai kebenaranNya.

Nana menerima pendangan ayahnya itu dengan siap optimistic. Melalui pelajaran agama di sekolah dan guru mengajinya, dia cukup tahu bagaimana kehidupan kekhalifahan berlangsung. Di sana ada kesejahteraan, keadilan, demokrasi dan kedamaian. Pada pandangan Nana, negeri seperti itu sangat ideal dan penuh impian. Bergegas keluarga itu berangkat dari Indonesia ke Suriah dengan membawa serta keluarga esarnya termasuk nenek mereka.

Masih dalam penuturan nana kepada media asing itu, setelah sampai di Syam atau Suriah, sangat bertolak belakang dengan impian yang mereka punya. Awalnya mereka diyakinkan bahwa pihak ISIS akan menang dan negara ideal itu akan terwujud, asal meeka juga ikut berjuang melawan pemerintah sah Suriah.

Ayah mereka ikut berperang. Sedangkan ibu mereka bekerja did apur umum. Namun kekalahan dan kekerasan terlalu sering mereka jumpai sehimgga mereka Lelah. Mereka harus membayar listrik di temat mereka tinggal, namun ISIS tidak menyanggupi listrik, air dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembayaran atas perang juga tidak ada.

Puncaknya adalah kekalahan ISIS atas pemerintah Suriah yang sah. Mereka terpaksa mundur dari desa terakhir tempat mereka bertahan. Ayahnya dipenjara oleh pemerintah Suriah karena dianggap berkomplot dengan ISIS. Setelah itu berlalu, ayah mereka meminta maaf kepada keluarganya karena keputusannya membawa keluarganya ke Suriah adalah keputusan paling buruk yang pernah dia lakukan dalam hidupnya.

Akhirnya keluarga Nana tersia-sia hidupnya. Ibunya, Nana, adik dan neneknya tidak bisa kembali ke Indonesia karena Indonesia menolaknya. Ayah mereka dipenjara . Yang menyedihkan  bahwa Nana tidak bisa melanjutkan pendidikan dokter sesuai cita-citanya. Sungguh pilihan dan keputusan yang memang sangat buruk bagi keluarga itu.

Banyak orang memang terpana dengan bentuk kekhalifahan yang dianggap sesuai dengan umat muslim, termasuk umat muslim di Indonesia yang mencapai 87% persen dari 261 juta penduduk Indonesia. Kemasyuran kekhalifahan Utmani juga membawa Umat muslim di seluruh dunia memimpikan kekhalifahan, padahal Turki atau Turkiye sekarang berbentuk negara modern dan bukan kekhalifahan.

Padahal bentuk itu memang sangat ideal dari sisi teori, tapi banyak yang tidak sadar bahwa bentuk itu telah bergeser dari bentuk awalnya pasca meninggalkan Nabi Muhammad. Singkat kata, kekhalifahan zaman Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai khalifah pertamanya lalu khalifah terakhir pada 1924 yaitu Khilafah Utsmani sudah mengalami pergeseran bentuk yang sangat significant dan tidak seideal saat kekhalifahan pertama.

Jadi, jangan terpana dengan kemasyuran yang berbeda itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline