Lihat ke Halaman Asli

Tuhu Nugraha Dewanto

Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN)

Survivor E-Commerce Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin malam saya menyempatkan diri ke FimelaFest 2012 di Central Park, acara ini dalam rangka ulang tahun Fimela yang kedua. Dari sana saya melihat, loh ternyata setelah dua tahun, mereka sekarang bahkan punya website e-commerce Fimela Shop .

Lalu jadi teringat e-commerce itu adalah salah satu potensi besar tren digital Indonesia ke depan. Banyak yang sudah mencoba peruntungan membangun e-commerce, walaupun pasarnya saat ini memang belum terlalu besar. Ada banyak faktor yang menyebabkan e-commerce belum terlalu signifikan di Indonesia. Saya membahasnya di sini.

Beberapa brand besar jatuh dan tersungkur, lalu berganti haluan. Namun yang baru pun tak kalah banyak bermunculan, karena pasarnya memang ada, dan punya potensi yang besar ke depan. Dari jatuh bangun, dan beberapa yang bertahan di tengah kejamnya dunia e-commerce Indonesia. Saya melihat ada beberapa tipe yang bertahan saat ini, dan siap-siap menyambut booming e-commerce Indonesia yang mungkin baru akan terjadi 5-10 tahun ke depan.

Start Small & Niche Market

Beberapa pengusaha Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) banyak yang sukses menggarap e-commerce. Mereka biasanya menjual produk tertentu misal baju dari Korea, jualan batik dll. Walaupun belom full e-commerce, karena sebagian transaksi masih tradisional. Tapi mereka bisa bertahan dan menghasilkan keuntungan yang lumayan.

Mengapa mereka bisa bertahan? Karena mereka dijalankan dengan modal yang tidak besar, terkadang hanya dijalankan sambil mengisi waktu luang dll.  Mereka juga tidak berinvestasi masif pasang iklan dll. Hanya dengan tag di FB, FB Ads terbatas, dan pengaruh word of mouth (WOM).

Start with The Community

Ini tipe kedua yang cukup menarik, dan cukup banyak studi kasus tentang ini. Jadi di awal mereka tidak ada tujuan membuat e-commerce, tapi membangun komunitas berdasarkan hobi atau ketertarikan tertentu. Berawal dari komunitas,  ekosistem yang akan membuatnya punya fans dan pelanggan setia, baru kemudian berevolusi membangun e-commerce.

Beberapa yang masuk dalam kategori ini: Fashionese Daily, berawal dari blog tentang fashion, kemudian merambah  ke jejaring sosial & online shop Clozette Daily. Contoh lain yang menarik adalah Fashion Pria,  uga berawal dari blog yang membahas tips &edukasi grooming bagi pria, lalu sekarang berkembang punya online shop FPStore .

Contoh lain yang berawal dari komunitas, lalu berkembang jadi e-commerce adalah Gila Motor. Awalnya hanya portal komunitas pecinta motor, sekarang sudah ada Gila Motor Shop. Mau contoh lain? Komunitas Batik Indonesia, yang berawal dari Facebook, dibentuk pada momentum yang tepat ketika Batik ditetapkan sebagai warisan UNESCO. Lalu kemudian mereka juga bikin online shop.

Apa keunggulan mereka ningga bisa bertahan? Karena berawal dari komunitas, maka akan lebih mudah meyakinkan anggotanya untuk berbelanja. Beberapa hambatan psikologis dll, jadi sirna. Saya ingat saat pertama kali online shop Fashion Pria muncul, barangnya masih sangat sedikit, apa pun yang dijual ludes dalam beberapa jam saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline