Lihat ke Halaman Asli

Tuhu Nugraha Dewanto

Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN)

Booming Pinterest & Generasi Visual

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1332654297283026312

Pinterest, sebuah social media dimana kita bisa berbagi foto dari berbagai situs web, mendadak menjadi sebuah fenomena di dunia start up digital. Paling tidak ini yang dilaporkan oleh BusinessWeek, November tahun lalu.  Walaupun di Indonesia Pinterest belum begitu populer, hanya para early adopter yang sudah menggunakannya. Pinterest menyebar begitu luas, sangat wajar karena pertama mudah digunakan, kedua bersifat visual yang sangat menarik, ketiga tidak semua orang bisa menulis, tapi kalau cuma nge-pin gambar sana-sini pastinya bisa dong? [caption id="attachment_170638" align="alignright" width="563" caption="Screen shot of Pinterest"][/caption] Menariknya kehadiran Pinterest bukan hanya mencengangkan lalu membuat trafiknya sangat tinggi. Tapi kehadiran Pinterest juga membuat perubahan besar dalam dunia social media. Yaaaa betul sekali! Sekarang hampir semua social media lahir dengan lebih menonjolkan visual dibanding teks. Lihatlah Google+, lalu tampilan FB yang baru dengan FB Timeline, dan terakhir kemarin melihat notifikasi di Ipad, Flipboard (aplikasi untuk langganan website yang kita sukai dan tampilannya mirip majalah)  pun buru-buru melakukan perubahan tampilan, lebih menonjolkan gambar! Lalu apa konsekuensinya bagi brand? Ini yang sangat menarik. Bila melihat tren ini maka interaksi ke depan bukan lagi hanya soal menyapa selamat pagi, menjawab komplain, atau memberikan tips. Konsumen akan menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar ini! Audiens yang terbiasa dengan gambar yang tajam, lucu, menyita perhatian, akan menuntut brand untuk melakukan hal-hal yang serupa. Mereka mengharapkan sebuah visual bisa yang berbicara banyak hal tentang brand, tips dll. Konsumen ini tak akan sabar lagi membaca teks yang bertele-tele. Oleh karena itu, brand bersiaplah membuat sebuah karya visual yang menggigit, punya sebuah cerita, dan pesan brand nyampe dalam karya visual tersebut. Pertanyaan berikutnya mungkin, bisa dong kalau gitu upload materi iklan media cetak ke Pinterest? Sekarang coba pertanyakan pada diri sendiri , apakah materi gambar di iklan media cetak cukup menarik untuk dibagi ke teman-teman mereka? Apakah materi ini punya sebuah cerita yang menarik? Kalau jawabannya tidak, maka ya harus dibuat sesuatu yang memang disiapkan untuk mengantisipasi ini. Karena kehadiran brand di social media tidak bisa hard selling. Audiens tidak ingin diprospek menjadi pembeli, mereka menginginkan dongeng, yang membuat mereka merasa terlarut dan mau membeli produknya. Jadi siapkah Anda mengantisipasi generasi visual ini?

Tuhu Nugraha Dewanto Social Media Head, NB Agency Asia Follow on Twitter: @tuhunugraha LinkedIn: http://www.linkedin.com/in/tuhunugraha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline