Lihat ke Halaman Asli

Tuhombowo Wau

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Menyesalkah Terawan (Pernah) Jadi Menkes?

Diperbarui: 30 Desember 2020   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo dan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto | Foto: KOMPAS.com

Di acara serah terima jabatan Menteri Kesehatan kemarin, Selasa (29/12/2020), mantan Menkes Terawan Agus Putranto mengungkapkan sesuatu yang bagi saya cukup mengharukan.

Setelah secara resmi menyerahkan tongkat kepemimpinan Kemenkes kepada Budi Gunadi Sadikin, Terawan mengatakan bahwa dirinya untuk kedua kalinya dipensiunkan.

Maksudnya, sewaktu dilantik jadi Menkes pada 23 Oktober 2019, ia dipensiunkan dini dari TNI dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Letjen). Lalu pada 23 Desember 2020 ia mengalami hal serupa lagi, yakni diberhentikan dari jabatan Menkes.

"Saya mengawali jabatan Menteri Kesehatan dengan pensiun sebagai Letnan Jenderal TNI. Jadi sekarang saya mengakhirinya sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia," ungkap Terawan.

Andai saja masih berkarir di bidang militer, di mana jabatan terakhirnya di sana adalah Kepala RSPAD Gatot Subroto, barangkali Terawan bisa terbebas dari kondisi "kehilangan arah".

Mengapa? Karena memang saat ini Terawan baru berusia 56 tahun (lahir pada 5 Agustus 1964), sementara masa pensiun di TNI di usia 58 tahun. Artinya, kesempatan baginya masih tersisa 2 tahun lagi.

Meski demikian, Terawan mengaku, ia dan istrinya tetap bersyukur. Pensiun dini di militer dan Kemenkes dianggapnya sebagai konsekuensi yang harus dijalani.

"Sebenarnya masa pensiun saya sebagai TNI masih cukup lama, tetapi saya harus konsekuen terhadap apa yang harus saya jalani. Saya beserta istri sangat bersyukur," kata Terawan.

Di sini saya tidak bermaksud membela Terawan dan memprotes keputusan Presiden Joko Widodo yang mencopot jabatan Menkes darinya. Saya cuma simpati saja.

Judul artikel saya buat: "Menyesalkah Terawan (Pernah) Jadi Menkes?", bermakna bahwa, tidakkah dengan mengungkap isi hati perihal "mengawali dan mengakhiri", Terawan secara tidak langsung meluapkan pula kekecewaan walaupun ia anggap sebuah konsekuensi?

Menurut penilaian saya, begitu adanya. Terawan pasti kecewa. Betapa tidak, karir cerah di militer sengaja (dan mungkin terpaksa) ia kesampingkan demi jabatan mewah, menjadi seorang menteri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline