Lihat ke Halaman Asli

Tuhombowo Wau

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Saya Terpaksa Menolak Jabatan Komisaris dari Presiden Jokowi

Diperbarui: 2 November 2020   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dan Presiden Joko Widodo | dokumen pribadi

Melansir KOMPAS.com (28/10/2020), sepanjang Oktober 2020, Menteri BUMN Erick Thohir dikabarkan telah mengangkat sejumlah komisaris baru di 3 (tiga) Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Mereka antara lain Ulin Ni'am Yusron (komisaris independen Indonesia Tourism Development Corporation/ ITDC atau PT Pengembangan Pariwisata Indonesia), Eko Sulistyo (komisaris PT PLN), dan Dyah Kartika Rini (komisaris independen PT Jasa Raharja).

Menanggapi keputusan Erick tersebut, sebagian kalangan menilai terdapat unsur balas budi, sebab ketiga orang tadi memang berasal dari kelompok relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Meski sudah dikomentari "miring" oleh publik, ternyata relawan Projo (Pro Jokowi) malah meminta Erick tidak menghiraukan, tetapi sebaliknya menambah jumlah relawan untuk jadi pejabat di BUMN.

Menurut Sekretaris Jenderal Projo, Handoko, masih banyak relawan yang kompeten dan pantas duduk di kursi penting BUMN. Berstatus "relawan" justru sangat baik. Karena selain berkapasitas, relawan juga pasti akan lebih gigih membantu realisasi program-program pemerintah.

Pertanyaan saya, siapa bilang cuma Ulin, Eko, dan Dyah yang dipanggil untuk diangkat jadi komisaris di BUMN? Jika ditelusuri, sebenarnya ada nama-nama relawan lainnya yang sedang menjabat ataupun ditawari jabatan di BUMN. Sila cari di berbagai sumber untuk lebih tahu.

Beberapa waktu lalu, saya pernah mendapat tawaran serupa, cuma tidak terendus media. Saya juga enggan mengumbar ke publik, khawatir menimbulkan kecemburuan di antara para relawan.

Kemungkinan, pengangkatan Ulin, Eko, dan Dyah jadi komisaris independen di BUMN hanya lewat perantaraan Erick Thohir selaku menteri, atau bahkan jangan-jangan diwakili oleh jajaran direksi perusahaan saja. Belum tentu juga ada sajian makan bersama kala itu.

Namun dengan saya, beda. Saya bertemu langsung Presiden Jokowi, di mana beliau didampingi oleh Sekretaris Negara, Pratikno dan Sekretaris Kabinet Indonesia Maju (KIM), Pramono Anung.

Kami berempat bertatap muka kurang-lebih satu jam, 30 menit bicara serius, sementara 30 menit sisanya kami habiskan untuk makan malam sambil ngobrol santai. Ya, saya ke istana pada sore hari.

Jujur, sebelum ke istana, undangan ke saya tidak lewat telepon atau semacamnya, tapi dalam bentuk surat. Saya maklum, pihak istana belum tahu nomor telepon saya. Dan untung saja undangan dikirim jauh-jauh hari, sekitar satu mingggu, sehingga saya datang tepat waktu sesuai jadwal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline